Lihat ke Halaman Asli

Ide-ide Jokowi versus Cara Berbahasanya

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388995240925447135

Selama ini saya termasuk orang yang percaya bahwa kemampuan berpikir seseorang sangat berkaitan dengan kemampuan berbahasanya. Semasa kuliah saya menemukan beberapa teman, kakak kelas, dan dosen yang memiliki kemampuan dan cara berbahasa baik ternyata memang memiliki cara berpikir yang logis, kritis dan bahkan bijaksana. Mereka juga biasanya memiliki ide-ide yang cerdas dan solutif dalam memecahkan masalah.

Memangnya seperti apa kemampuan berbahasa atau kemampuan berbicara yang baik? Kemampuan ini disebut juga dengan kemampuan verbal, dan orang biasanya dikatakan memiliki kemampuan verbal yang bagus bila pernyataannya logis, diutarakan dengan kalimat-kalimat sistematis serta dengan kata-kata atau istilah yang efektif dan tepat. Orang dengan kemampuan bicara seperti itu akan mudah dibilang pintar dan cerdas. Sebaliknya, jika orang berbicara seperti –Sorry sorry to say- si Vicky mantannya Zaskia Gotik, yang tidak sistematis sama sekali, pemakaian istilah yang acak-acakan dan sama sekali nggak pas penempatannya, serta logikanya juga nggak jelas, maka orang seperti itu akan mendapat cap yang jauh dari cerdas. Ternyata benar si Vicky itu tidak reputasi apa-apa yang bisa membuat dia dibilang cerdas.

Yah, intinya saya sering dengar teori yang menyatakan bahwa berpikir adalah berpikir adalah serangkaian proses kognisi sebagai pemrosesan informasi yang dibantu dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum tata bahasa guna menggabungkan kata-kata menjadi suatu kalimat bermakna (Morgan, 1989). Manifestasi dari proses berpikir manusia serta sekaligus menjadi karakteristik dari proses berpikir manusia adalah bahasa (Glover, 1987). Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Nah, kan.

Tapi belakangan ini ada juga kasus yang mempengaruhi keyakinan saya terhadap teori orang pinter ngomong=orang pinter. Salah satunya saya lihat pada cara berbahasa Sang Gubernur Populer Bapak Joko Widodo.  Saya nggak bilang gaya bahasa Pak Jokowi sekacau Vicky. Tentu beda jauh. Cara berbicara Jokowi justru kerap dinilai efektif, terutama bila berbicara dengan kalimat pendek-pendek. Lihat saja, kalimatnya simpel, lugas dan mudah dipahami. Tapi mari ingat ketika Jokowi mencoba bicara uraian yang panjang lebar, banyak orang yang menilai hal ini menjadi kelemahan Jokowi, bila dibandingkan dengan pejabat dan politisi lain.

Jokowi, yang hampir selalu mengawali kalimat dengan ‘yaa ginii’, dinilai kurang sistematis, kurang teroganisir, dan kurang terdengar pintar jika sudah bicara panjang lebar. Bahkan pada debat Calon Gubernur tahun lalu, banyak yang mekhawatirkan Jokowi akan kalah pamor dengan Foke karena Foke dikenal lebih ahli bicara runtut dan sistematis. Akhirnya, sang wakil gubernur, Ahok, pun dinilai memiliki kemampuan bicara lebih baik dari Jokowi, khusus dalam hal bicara panjang lebar. Hehehe…  Jokowi pun nampaknya menyadari hal ini dan sempat menyatakan "Saya disuruh ikut kelaspublic speaking waktu Pilkada. Katanya bahasa saya ga bagus dan gak terstruktur. Kan biasanya gina gini (bicara sambil menggerakkan tangan),"

[caption id="attachment_288633" align="aligncenter" width="640" caption="kemampuan verbal Jokowi yang tidak ala pejabat pada umumnya (source: http://eklusiftheme.blogspot.com/ )"][/caption]

Kemampuan verbal Jokowi itu memang lain dari yang lain bila dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Sukarno misalnya, dikenang sebagai pemimpin yang ahli merangkai kata-kata hebat, rapi dan sistematis. Begitu pula dengan pemimpin lain, SBY, Foke, Sutiyoso, semua pandai bicara panjang lebar dengan bahasa yang rapi, terpelajar, dan diplomatis. Lantas, apakah dengan begitu berarti Jokowi akan kalah pamor dan kalah hebat dengan tokoh-tokoh itu? Belum tentu. Tidak perlu diuraikan panjang lebar di sini bahwa sudah banyak ide dan tindakan Jokowi yang dikagumi dan dinilai solutif, baik saat menjadi Walikota maupun Gubernur. Meski gaya bicaranya tidak terkesan ‘tinggi’, hebat, dan diplomatis, Jokowi tetap dianggap sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa.

Lalu apakah teori yang lebih tepat adalah kemampuan berbicara tidak selalu mempengaruhi cara berpikir dan kebijaksanaan seseorang?  Saya pernah membaca bahwa katanya ada tipe kemampuan berpikir yang amat banyak ditemui pada orang yang terbiasa bekerja di lapangan. Orang yang terbiasa bekerja lebih banyak di lapangan, mereka mampu berpikir sistematis, dan sanggup memikirkan suatu solusi, tapi gagal berbicara secara runtut.

Jadi mungkin memang Jokowi adalah tipe orang seperti itu. Lagipula kelemahan itu muncul hanya ketika dia harus bicara panjang lebar. Ketika bicara pendek-pendek, biasanya efektif-efektif saja, misalnya saat menertibkan PKL yang bandel, dia berkata,”Yaa, nanti dijemput, ya!” dan itu tetap menjadi titah yang efektif. Seorang pakar komununikasi dari Yogyakarta, Nyarwi Ahmad, menyatakan bahwa cara berbicara Jokowi memang tidak ala pejabat. Dia menilai ini merupakan gaya bahasa baru yang unik dan fenomenal bagi kalangan pejabat. Lalu meski keahlian bicara Jokowi begitu adanya, tapi selama ini belum pernah saya dengar dia salah menempatkan istilah. Bagi saya, selama seseorang tidak pernah salah dalam memilih dan menempatkan istilah, kemampuan verbalnya tidak dapat dibilang jelek.

Gaya berbahasa Jokowi memang lebih seperti bicaranya orang biasa, seperti orang-orang di sekitar kita, bicaranya bapak kita, bicaranya pegawai kelurahan, bicaranya pemilik toko, serta tidak lebih canggih dan rapi dari bicaranya customer sevice. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa Jokowi berhasil mengalahkan lawan-lawannya berkali-kali dalam pemilihan pemimpin. Juga banyak kebijakannya yang dinilai solutif.

Nyatanya memang ada tipe orang seperti yang disebutkan di atas; tipe orang lapangan yang pintar, mampu berpikir dan bertindak dnegan tepat, tapi sulit bicara sistematis dan runtut.  Berarti apakah benar bahwa kemampuan berbicara tidak selalu mempengaruhi cara berpikir dan kebijaksanaan seseorang? menurut saya tidak selalu, tuh. Tapi yang pasti, ada satu pihak yang selalu yakin bahwa kemampuan bicara mencerminkan kemampuan berpikir dan bertindaknya, yaitu: para interviewer yang mewawancarai pencari kerja. hihihihi :-D




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline