Lihat ke Halaman Asli

Bintang untuk Karin

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pokoknya aku janji bakal petikin bintang itu buat kamu Rin”

Masih tergambar jelas di ingatanku, Raka mengucapkan janji masa kecil kami. Masa yang sangat menyenangkan dan aku tak pernah menyangka hari itu juga hari terakhir Raka menemaniku. Raka, sosok teman yang sangat berani, tangguh dan sangat menyayangiku.

Karin, ya akulah Karin. Gadis kecil yang tak seberuntung anak-anak lain. Aku tinggal di gubug bersama nenekku yang sudah tua. Aku selalu merasa menjadi manusia tak beruntung disaat teman sebayaku mengenakan seragam sekolah mereka diantar orangtua yang kemudian mencium kening anaknya. Aku sungguh merindukan kehidupan sempurna seperti itu. Ditemani ayah dan ibu.

Saat aku selalu bertanya kepada nenek “nek mana ayah dan ibu karin” nenek hanya bisa tersenyum lalu memelukku sambil berkata “sabar karin, ayah dan ibu akan segera pulang”. Dan selalu seperti itu hingga aku akhirnya menyadari ayah dan ibuku meninggalkan aku bersama nenekku. Marah dan ingin memaki, hanya rasa sesak yang ku rasakan ketika membayangkan orangtuaku. Bahkan akupun tak ingat seperti apa rupa mereka, atau justru otakku tak ingin menyisakan sedikit ruang untuk menyimpan kenagan itu.

Raka, anak lelaki pintar dari keluarga kepala desa di tempat tinggalku. Dia berbeda, ya sangat berbeda dari yang lain. Raka tak pernah mengejekku seperti teman-teman yang lain. Raka lah yang meyadarkanku tentang kehidupan yang akan terus berjalan dan akan bertambah berat untuk dilalui.

“Rin, kamu ulang tahun ya. Selamat ulang tahun ya, kamu harus seneng Rin kaya aku” ucapan ulang tahun pertama yang ku terima dari orang lain.

Seperti biasa kami bermain di gubug dekat sungai. Entah mengapa hari ini aku merasa sangat sedih. Entah apa yang sedang menggangguku, mungkinkah ini firasat ? akupun tak tau. Siang itu Raka terlihat gembira dan berulang-ulang menanyakan keinginanku, “rin kamu pengen hadiah apa? Kamu pengen bintang ya rin, besok Raka ambilin deh biar Karin seneng”. Aku tak menjawab dan hanya membalas Raka dengan senyuman.

“awas dek.....” teriakan abang bajaj itu membuat kami kaget. Raka berlari ke kanan dan aku jatuh tersungkur akibat dorongan Raka, bajaj yang melaju kencang dan tak terkendali pun menghantam tubuh kecil Raka, yang membuat raka terpental dan jatuh ke tanah dengan kerasnya. Aku bingung, aku tak mengerti, apakah ini yang menggangu perasaanku. Aku segera berlari menghampiri tubuh sahabatku yang sudah tergolek lemas di tanah. Begitu merinding dan ku coba mengulurkan tanganku ke arahnya “Raka” panggilku dengan nada terisak. Tapi tubuh itu tak bergerak, dan saat warga berdatangan untuk menolong, Raka memanggilku dan berkata “Pokoknya aku janji bakal petikin bintang itu buat kamu rin”. Dan tak akan pernah terdengar lagi canda tawa sahabat kecilku itu. Hanya kenagan kenagan indah persahabatan kita yang tak akan pernah aku lupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline