Lihat ke Halaman Asli

Lia Rayap

poems, writings, and dark things.

Aku dan Selasar Malam

Diperbarui: 18 Oktober 2017   01:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika mata saja tidak bisa menerimaku, apalagi hati yang lembut?.
JIka pagi saja tidak ingin menyapaku, apalagi senja yang indah?.

Di selasar malam aku duduk.
Diam.
Tenggelam dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih sama?.
Keputusanku benar?.
Ini terlambat?.
Apa lebih baik tidak sama sekali.

Ini tentang masa lalu.
Yang pantas digelar. Atau disembunyikan?
Ini tentang masa lalu.
Yang bakal jadi bom diri. Atau pelukan menenangkan?

Dingin mengendap,
membisik,
menyeringai,
dan kembali menertawakan.

Asaku ingin melompati hari.
Layak pagi bertemu pagi tanpa melewati malam.
Layak senja mencumbu senja tanpa melewati siang.
Layak satu bertemu tiga tanpa melewati dua.
Mustahil.
Aku mengigau.

Dingin kembali mengendap bersama angin.
Membisik,
Menyeringai,
Dan kembali menertawakan.

Maka biar saja aku terhuyung oleh ratapan.
Dari satu kecemasan ke kecemasan lainnya.

Moluccas, 4 November 2015

Repost blog pribadi https://amaliayulian.wordpress.com/2017/10/08/aku-dan-selasar-malam/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline