Lihat ke Halaman Asli

Pemerataan Sumber Daya Alam sebagai Obat Perekonomian

Diperbarui: 21 November 2017   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Terdapat banyak masalah yang kita hadapi dalam perekonomian. Sehingga kita membutuhkan adanya pemikir-pemikir ekonomi. Agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik. Memang begitu banyak perbedaan dari pemikiran para tokoh. Tapi setidaknya, mereka dapat membantu menyelesaikan masalah perekonomian yang ada.

System ekonomi islam merupakan system perekonomian dunia. Begitulah yang sepatutnya kita katakana tentang ekonomi islam. Karena perkembangan ekonomi islam telah membuktikan bagaimana ekonomi yang seharusnya di kelola oleh masyarakat maupun pemerintah di berbagai belahan dunia. Yaitu system ekonomi yang berdasarkan pada Al-Quran dan Hadist.

Kali ini penulis akan menjelaskan tentang madzab iktishoduna yang merupakan pemikiran Muhammad baqir As-Sadr. Pemikiran ini juga bisa menjadi obat bagi penyakit ekonomi yang ada. Pemikiran Baqir As-Sadr mengatakan bahwa ekonomi islam adalah cara atau jalan yang dipilih oleh umat islam untuk dijalani dalam rangka mencapai kehidupan ekonominya dan dalam memecahkan masalah ekonomi praktik sejalan dengan konsepnya tentang keadilan.

Madzab iqtishoduna sebagai bentuk pemikirannya mengungkap bagaimana seharusnya ekonomi islam itu berjalan. Madzab Iqtishoduna ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan islam. Ekonomi tetap ekonomi dan islam tetap islam. Keduanya tidak akan pernah bisa di satukan karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Yang satu anti islam, dan yang lainnya islam.

Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena sumber daya alam yang terbatas sedangkan kebutuhan manusia tak terbatas. Hal ini di bantah oleh Muhammad Baqir. Karena Allah telah menciptakan sesuatu dengan ukuran yang tepat.

Seperti yang ada didalam Al-Quran surat al-Qamar ayat 49 : yang artinya sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya. Oleh karena itu segala sesuatunya telah terukur dengan sempurna, Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia. Dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwa Allah telah menakar kebutuhan manusia dengan baik. Dan jika kita lihat di keadaan sekitar, memang benar begitu banyak sumber daya alam yang dapat kita olah. Namun permasalahannya, bisakah kita mengolahnya?

Pendapat tentang keinginan manusia yang tidak terbatas juga di tolak, contohnya manusia akan berhenti minum jika dahaganya terpuaskan. Tidak mungkin seseorang akan terus menerus minum sedangkan dia tidak haus. Islampun juga melarang ummatnya bersikap tamak. Seperti sebuah hadist "Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jikalau anak Adam mempunyai dua lembah dari harta pasti menginginkan yang ketiga, padahal tidaklah mengisi mulut anak Adam melainkan tanah, dan Allah akan memberikan taubat atas orang yang bertaubat". (HR. Bukhari). Jadi dari hadist itu kitapun harus mengontrol pemakaian sumber daya alam sesuai dengan kebutuhan kita. Tidak boleh serakah dan juga boros. Jadi segala sesuatunya telah di atur dalam islam.

Pemikiran Baqir As-Sadr lebih memperdalam masalah produksi dan distribusi. Berbicara tentang produksi, hal ini berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya alam. Bisakah kita mengelola sumber daya alam tersebut atau hanya bisa memakainya, dalam artian hanya menjadi pengonsumsi. Sedangkan berbicara distribusi, sebenarnya di setiap daerah telah banyak sumber daya alam yang ada. Allah telah menyebarkan sumber daya alam tersebut dengan tepat dan baik, meskipun sumber daya alam yang terdapat di suatu tempat kadang berbeda dengan tempat atau daerah lainnya. Dan hal ini juga berkaitan dengan bagaimana setiap daerah mengolahnya.

Contohnya jika sumber daya alam di daerah A sama dengan daerah B, sedangkan daerah A sangat andal dalam mengelola sumber dayanya, dan daerah B kurang lihai dalam mengolala sumber daya alam yang ada. Akankah tingkat pemenuhan kebutuhan mereka sama? Tentu saja tidak. Daerah A pasti akan lebih merasa puas dengan sumber daya alamnya. Dari ilustrasi tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat juga sangat penting agar bisa memanfaatkan sumber daya alam secara maksimal.

Bagi Baqir, islam tidak mengurusi masalah permintaan dan penawaran, tidak pula hubungan laba dan bunga, fenomena diminishing return yang merupakan ilmu ekonomi. Disamping itu, gagasan ekonomi islam tersebut tidak mungkin bisa dilaksanakan tanpa adanya peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Jadi menurut madzab iqtishoduna, peran pemerintah itu sangat penting. Dan gagasan ekonomi islam juga membutuhkan pemerintah sebagai pembuat kebiijakan yang efektif.

Madzab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan andil sebagai akibat system ekonomi yang membolehkan exploitasi dari pihak yang kuat terhadap yang lemah. Dimana yang kuat memiliki akses terhadap sumberdaya sehingga menjadi sangat kaya, sedangkan yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumberdaya sehingga menjadi sangat miskin. Oleh karena itu masalah ekonomi bukan karena factor sumber daya yang terbatas. Tapi karena distribusi yang tidak merata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline