Lihat ke Halaman Asli

Yulia N Lukito

Penggiat arsitektur, pendidikan dan lingkung bangun

Penggunaan Teknologi Visual untuk Museum

Diperbarui: 13 Desember 2022   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Museum adalah sebuah tempat memamerkan koleksi artefak dan benda lain yang bernilai seni, budaya, sejarah, atau ilmiah untuk dilihat publik melalui display atau pameran yang bersifat permanen atau sementara. Keberadaan museum bertujuan untuk mengumpulkan, melestarikan, menginterpretasikan, dan menampilkan benda-benda bernilai seni, budaya, atau ilmiah untuk pendidikan masyarakat. Selain pendidikan, keberadaan museum juga bisa menjadi bagian dari rekreasi masyarakat.

Museum-museum yang ada di Indonesia secara umum sudah cukup baik, tetapi sebagiannya masih menggunakan metode display dan kuratorial yang kurang menarik dan kurang mengikuti perkembangan zaman. Beberapa penyajian yang digunakan terkesan outdated apabila dibandingkan dengan museum-museum sejenis, terutama misal dengan museum di negara maju.

Sebenarnya merancang pameran dan display untuk museum tidak selalu harus mahal karena terkadang mempertahankan tampilan dan kesan vintage bisa menjadi nilai tambah dan ciri khas yang dipertahankan. Renovasi atau revitalisasi museum termasuk dengan pengemasan yang lebih modern bisa menarik lebih banyak pengunjung serta mampu bertahan mengikuti perkembangan zaman.

Karena materi dan koleksi museum terkadang merupakan sebuah topik bahasan yang cukup berat, perlu strategi penyajian informasi kepada pengunjung yang lebih menarik dan interaktif. Pertimbangan lain dalam merancang museum adalah atmosfer ruang pamer yang seharusnya mampu membawa pengalaman edukasi, rekreasi dan hiburan yang baik karena tidak semua pengunjung memiliki minat yang sama terhadap koleksi museum.

Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pengembangan konsep pameran yang menjadi kunci bagi suksesnya pameran museum karena dapat memberikan beragam sudut pandang. Pada tahap awal pembentukan konsep pameran, klien atau pemilik proyek memastikan bahwa pameran mencerminkan misi dan visi yang ingin dicapai. Kurator merencanakan materi pameran, memilih objek dan memastikan bahwa isi pameran itu akurat. 

Kemudian perancang akan mengusulkan desain fisik dan sensorik ruang yang membentuk desain pameran secara keseluruhan dan memastikan pesan dan materi pameran dapat diterima oleh pengunjung dengan baik. Tim pengembang pameran ini kemudian dapat diperluas oleh seorang manajer yang memandu proyek melalui berbagai tahapan mulai dari konsep hingga penyelesaian akhir, serta anggota tim spesialis misal untuk mengembangkan media interaktif jika diperlukan.

Perlu adanya usaha lebih untuk meningkatkan unsur interaktif pada museum agar pengunjung bisa memiliki pengalaman ruang yang memadai. Dari segi penyajian obyek yang dipamerkan dapat bervariasi agar tidak sekedar berupa obyek dua atau tiga dimensi dengan deskripsi tertulis, tapi dapat dilakukan secara lebih informatif dan diberi unsur ‘menyenangkan’ sehingga memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap pengunjung. Penyajian dalam museum menjadi salah satu faktor bagi tingginya daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung. Pameran di museum seharusnya bisa memberikan akses fisik, sensorik, dan intelektual yang baik kepada para pengunjung.

Solusi yang dapat diberikan adalah terkait konsep penataan ulang museum dari segi display dan tata ruang. Teknologi digital seperti teknologi visual dan modelling bisa menjadi pilihan untuk menciptakan pameran yang interaktif dan pengalaman learning by doing. Penggunaan teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Projection Mapping sebagai sarana peningkatan edukasi yang imersif dan interaktif bisa menjadi pilihan.

Teknologi imersif merupakan fitur yang mampu menghadirkan pengalaman integrasi antara lingkungan fisik atau nyata dengan materi virtual, sehingga keduanya terlihat seperti lebur menjadi satu. Terdapat tiga macam teknologi imersif yang bisa digunakan untuk pameran di museum yaitu Virtual Reality, Augmented Reality, dan Projection Mapping.

Teknologi VR memberikan kesempatan untuk menyajikan informasi secara detail, imersif, dan interaktif, yang tentunya akan lebih menarik bagi pengunjung dibandingkan melalui membaca brosur atau melihat langsung benda koleksi. 

Salah satu penerapan teknologi Virtual Reality (VR) yang telah dipakai di museum terdapat di Museum Louvre di Paris yang memungkinkan pengunjung untuk mempelajari lukisan Monalisa secara interaktif. Pengunjung seolah terbawa ke sebuah dunia dengan ‘kenyataan’ baru. Teknologi VR ini dapat hadir untuk pengunjung atau tampil di dunia nyata dengan bantuan perlengkapan seperti webcam, komputer, HP, maupun kacamata khusus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline