Pendahuluan
Pembelajaran yang asyik dan menyenangkan tentunya tidak terlepas dari guru yang professional dalam mengajar, namun metodenya juga harus diperhatikan. Pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Oleh karena itu pemilihan metode belajar sangat penting untuk dilakukan agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Apalagi dalam pembelajaran IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial yang memiliki cakupan luas karena dipakai dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Oleh karena itu model pembelajarannya pun bervariasi. Beberapa contoh model pembelajaran diantaranya adalah Project Base Learning, Problem Based Learning, dan masih banyak lagi. kali ini penulis ingin menjelaskan tentang Case Based Learning secara mendalam. Mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Model Case Based Learning
Pada akhir 1800-an, pembelajaran berbasis kasus (CBL) diperkenalkan ke dalam pendidikan tinggi hukum. Pada awal 1900-an, jenis pembelajaran ini diperkenalkan ke sekolah menengah ekonomi. Kualifikasi Akademik Pembelajaran berbasis kasus merupakan upaya menjembatani kesenjangan antara siswa dengan dunia nyata yang akan mereka hadapi nanti; dalam hal ini siswa adalah pembelajar yang aktif. Alhasil, siswa harus memberikan kasus-kasus yang bersifat simulasi sehingga dapat dilatih sebagai profesional sejati.
Menurut Barnes et al (1994), kasus adalah catatan peristiwa yang tampaknya mencakup poin keputusan yang cukup imajinatif dan arus bawah yang provokatif untuk menarik minat kelompok diskusi. Dalam hal ini, kasus dapat berupa kejadian nyata atau dapat dibuat sebagai simulator. Karakter, situasi, dan dilema yang tercantum dalam skenario, yang harus dapat mendorong diskusi yang bermakna untuk pembelajaran, adalah salah satu elemen utama yang harus diperhatikan dalam struktur kasus. Kasus kompleks dengan banyak informasi menggambarkan peristiwa yang dapat ditafsirkan dalam berbagai cara. Hal-hal seperti ini akan mendorong siswa untuk bertanya daripada menjawab pertanyaan, merangsang mereka untuk memecahkan masalah, membentuk kecerdasan bersama, dan mengembangkan perspektif yang berbeda.
Model pembelajaran Case Based Learning (CBL) menggunakan skenario kehidupan nyata yang telah didokumentasikan secara menyeluruh sebagai alat pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi, siswa harus menggali dan menemukan masalah dan solusi dari kasus-kasus yang diberikan di bawah arahan guru. (1) Siswa dapat mengungkapkan kasus atau masalah dan menggunakan kasus yang berkaitan dengan situasi baru dalam model Case Based Learning (CBL) ini. (2) Siswa memiliki kemampuan menganalisis, berkolaborasi, dan berkomunikasi secara efektif. (3) Siswa lebih terlibat dalam pembelajaran. (4) Pembelajaran berbasis kasus dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi, berbicara, dan berpikir kritis mereka.
Siswa akan dengan mudah menggunakan keterampilan dasar dalam memecahkan atau menyelesaikan kasus yang diberikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran melalui diskusi saat menggunakan model pembelajaran Case Based Learning (CBL). Selain itu, dengan memahami konsep siswa terhadap materi pembelajaran yang ditandai dengan keaktifan siswa dalam memecahkan kasus melalui diskusi, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan moderator dalam proses diskusi. Siswa dapat dengan leluasa mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan kasus faktual yang disajikan oleh pendidik.
Penerapan Case Based Learning dalam Pembelajaran IPS
IPS merupakan mata pelajaran yang berada pada tingkat pendidikan dasar dan juga menengah. Mata pelajara IPS mempelajari mengenai ilmu-ilmu sosial mengenai konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitian ditentukan dan diobservasi setelah fakta terjadi. Dengan menerapkan metode Case Based Learning, guru tidak lagi menerapkan metode pembelajaran ceramah. Guru hanya membantu membantu siswa untuk mengembangkan pikiran mereka, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual dengan melibatkan mereka dengan pengalaman nyata yang ada di sekitarnya.
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Case Based Learning lebih optimal karena siswa yang memiliki kemampuan berfikit rendah mempunyai kesempatan yang sama dengan siswa lain dalam mencari informasi serta bekerja sama mengenai pemecahan permaalahan. Tiap kelompok juga dapat saling tukar informasi sehingga membuat siswa menjadi aktif, kreatif, mandiri serta memahami materi yang baik. Pemahaman materi yang baik dapat membuat hasil belajar yang baik pula. Menurut Brett Williams, tahap-tahap pembelajaran pada Case Based Learning yaitu membagi siswa dalam kelompok kecil, menetapkan kasus, menganalisa masalah, mencari informasi dan membuat langkah-langkah penyelesaian, membuat kesimpulan, presentasi dan perbaikan
Dalam penerapan Case Based Learning pada pembelajaran IPS, biasanya guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan menetapkan kasus yang akan dipecahkan. Kasus yang disediakan merangsang siswa untuk berpikir secara aktif dan tidak mengandalkan guru untuk menjelaskan kasus tersebut. Kemudian tiap perwakilan kelompok membacakan kasus dan yang lain menyimak. Hal ini bertujuan agar siswa lebih tertarik dengan materi yang dipelajar. Selanjutnya yaitu tahap menganalisa kasus, kasus pada pembelajaran CBL merupakan permasalahan yang terstruktur (Well-structured), yaitu masalah disajikan dengan rangkuman fakta yang terorganisir. Kemudian yaitu tahap mencari informasi, siswa melihat atau meninjau kasus dari berbagai sudut pandang pengetahuan untuk merumuskan kemungkinan dalam pemecahan masalah. Setelah itu, mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan yang nantinya digunakan untuk menentukan hipotesis. Setelah itu, tahap membuat kesimpulan, hipotesis yang diterima dibuat kesimpulan. Selanjutnya, setiap kelompok melakukan presentasi hasil diskusi dan siswa lainnya dapat mengajukan pertanyaan.