Lihat ke Halaman Asli

Asal Usul Ranu Ranggajalu

Diperbarui: 10 Februari 2016   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ki Ragga namanya, seorang pemimpin dusun yang sangat bijaksana. Wajah yang rupawan menapakkan kearifan dan kebaikan hatinya. Tutur sapa yang lembut sudah menjadi ciri khas sang pemimpin ini. Dibawah pengayoman ki Raggalah Dusun Banjarsawah hidup makmur, sejahtera dan damai. Dusun Banjarsawah selalu terlihat hijau, dengan hasil panen yang selalu melimpah.

Ki Ragga memiliki dua anak dengan istri yang berbeda. Kedua anak Ki Rangga laki-laki, Ragga dan Jalu namanya. Rangga adalah anak bungsu Ki Rangga dari istri pertama, Ki rangga berharap anak bungsunya ini kelak menjadi seorang pemimpin yang menebarkan semerbak wangi laksana bunga. Sedangkan dari istri kedua anaknya bernama Jalu, Ki Rangga berharap anak keduanya ini berharap kelak menjadi anak yang tajam seperti taji ayam jago, yang akan memberantas kejahatan.

Pada suatu malam, Ki Rangga menyuruh kedua anakanya duduk di halaman gubuk yang berdinding anyaman. Ki Rangga memberikan sebuah perintah kepada kedua putranya yang telah beranjak dewasa untuk meninggalkan kampungnya dan mencari ilmu kepada seorang guru yang akan mereka temui kelak. Namun, kedua anaknya membantah perintah tesebut dengan alasan ingin menjaga Ki Rangga yang sudah sepuh. Ki Rangga pun menjawab alasan anaknya dengan perkataan yang membuat hati kedua anaknya luluh, dan membuat mereka mantap pergi untuk mencari ilmu.

Ki Rangga memerintahkan kepada kedua anakanya untuk pergi mencari ilmu ke arah sesuai naluri mereka dan mengambil arah yang berbeda. Mereka akan pergi dan akan kembali ke dusun mereka setelah mereka berdua menimba ilmu dan mencapai waktu empat puluh purmana.

Sebelum mereka pergi meninggalkan bapak dan dusun mereka, Ki Rangga berpesan jika diperjalanan kalian bertemu seseorang, maka jangan sekali-kali kalian mengganggu orang tersebut, apalagi menyakitinya. Bantulah orang yang megalami kesulitan. Kemudian rambut mereka dibelai bergantian dan dicium ubun-ubunnya. Rangga dan Jalu kemudian berlutut dikaki bapaknya dan meminta doa restu.

Seperti yang sudah diharapakan bapaknya, Rangga dan Jalu memilih arah yang berbeda untuk perjalannya. Rangga bergerak ke arah barat daya, menuju Mahameru. Sementara Jalu berjalan ke arah  selatan menuju ke Gunung Lamongan. Mereka memang telah ditunggu oleh guru meraka dan disambut hangat. Rangga dan Jalu pun lekas diterima menjadi muridnya. Guru Rangga yang benama Mbah Meru ternyata adakah teman seperguruan Ki Rangga. Seorang pendekar paling tangguh dikawsan Tengger. Sementara itu, Jalu berguru pada Lintang Kidul adik seperguruan Ki Rangga yang sudah terkenal kesaktiannya.

Mereka sangat disayang oleh guru mereka, karena dapat menerima ilmu dengan sangat cepat. Mereka berdua pun menjadi pemuda yang tangkas memainkan berbagai macam jurus dan juga senjata. Kesaktian mereka bisa dibilang sudah hampir seperti gurunya, bahkan bisa lebih jika mereka terus berlatih dan terus menambah ilmu. Meskipun hanya sesekali mereka keluar pedepokan mereka telah dikenal dikalangan rimba persilatan.

Setelah sekian lama mereka berguru, akhirnya genaplah enam puluh purnama mereka berguru. Sampai akhirnya mereka lupa dengan Dusun Banjarsawah yang menjadi tanah kelahiran mereka, karena mereka sedang bernostalgia dengan ilmu yang mereka dapat dari guru mereka.

Sore yang cerah, saat matahari mulai meredupkan sinarnya, Lintang Kidul mengajak muridnya Jalu untuk pergi ke sebuah bukit. Mereka berdua duduk di atas batu sebesar rumah dipermukaan datar. Lintang Kidul menunjuk sebuah tempat yang ada dihadapannya, tepatnya mengarah ke tempat yang tak jauh dari tempat Jalu dilahirkan, bukit Goang namanya. Bukit tersebut berlubang pada salah satu sisinya dan berwarna kecoklatan. Lintang Kidul menjelaskan bahwa Dusun Banjarsawah sedang mengalami kekeringan. Tak ada sungai yang mengaliri Dusun tersebut. Lintang Kidul menyuruh Jalu untuk segera pulang ke kampung halaman dan membuat Dusun Banjarsawah tentram seperti sedia kala. Jalu merasa sedih karena harus pulang dan pergi meninggalkan teman seperguruannya. Begitupun dengan Rangga kakaknya, dia juga diperintahkan oleh gurunya Mbah Meru untuk pulang ke kampungnya karena ada masalah yang sedang menimpa Dusun Ranggajalu. Mbah Meru perpesan bahwa Rangga harus bersikap sabar dan mengayomi adiknya.

Hingga pada malam hari mereka berdua pergi dengan kuda menyusuri gelapnya hutan, naik turun bukit. Pada pagi hari akhirnya mereka sampai di sebuah dusun dengan sawah kering kerontang, retaknya tanah seperti tidak tersentuh air bertahun-tahun, dan orang yang bertubuh kurus mengintip dari balik pintu.

Tiba-tiba Rangga teringat bapaknya. Segeralah dia turun dari kudanya dan melihat halaman yang sangat kotor dengan rumah yang miring seperti akan roboh. Saat ia turun dari kuda, dan berjalan selangkah menuju rumahnya. Tiba-tiba ada suara yang terdengar memanggil namanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline