Ini tentang kisahnya yang kesekian.
Wanita muda bergumam lirih sementara matanya sayu menatap rerumputan.
Padang ilalang bersaksi tentang cinta yang hilang, menyisakan butir-butir kepedihan.
Ia memunguti serpihan cerita usang di antara butiran air mata.
Lalu menyimpan dengan diam di balik senja.
Jika rasa rindu menyambangi, wanita itu memeluk merpati menemani menyulam cerita yang tak kunjung purna.
Ia kembali merajut benang kusut yang lama singgah di sudut hatinya.
Kisahnya yang terpendam dalam samudera ingatan mengemuka.
Melilit jiwa raga sepanjang masa.
Ini masih tentang kisah yang sama.
Desah wanita muda tertatih mengeja setiap cerita.
Cerita yang membalut sepanjang jalan menumbuhkan semak belukar hingga hujan air mata.
Perlahan ia memunguti serpihan kisah cinta serasa tersenyum paksa.
Ia menelan tanya tentang hujaman rindu yang membuat jiwa melayang.
Meninggalkan separuh raga hingga lupa jalan pulang.
Sejak cintanya hilang, langit tak berbintang.
Rasa rindu pun kian membentang.
#PuisiWanitadanHujan
#Fiksiana
#PuisiYuliyanti
#Klaten,02Desember2024
#Tulisanke-627
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H