Bertepatan dengan waktu kamu mengundangku, sebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak datang karena sebuah alasan. Mungkin kamu merasa aku tidak punya keberanian untuk menggali jejak masa silam yang terpendam.
Setelah sekian dasa warsa kita berpisah, sungguhnya aku merindukan sebuah kebersamaan, di mana kita sama-sama menelan pahit getir kehidupan. Tetapi niat kuurungkan.
Aku tidak berani datang karena kedatanganku sama halnya kembali mengulang seluruh ingatan. Serta menghidupkan waktu yang berlalu, di mana kita sama-sama tak ingin bertanggung jawab atasnya. Dan yang lebih perih, kedatanganku sama halnya menabur garam di atas luka.
Biarlah aku seperti bayang-bayang yang timbul tenggelam menghiasi kelopak senja. Mungkin itulah kata yang lebih tepat menggambarkan perasaanku. Perasaan yang telah beku sekian waktu, lalu mencair hingga mampu merasakan sesuatu.
Mungkin lebih tepatnya perasaan pada seseorang sebagai penggantimu. Entah sejak kapan perasaan itu muncul, yang kurasa semenjak kamu menghilang dalam sekejap pandangan. Biarlah semua jejak kenangan tersimpan dalam bingkai usang.
#Senandika
#PuisiBingkaiUsang
#Fiksiana
#Tulisanke-514
#Klaten, 12 November 2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H