Topik admin kali ini bertajuk Kebaya Nusantara. Wah, asyik dan menarik untuk diulik.
Kebaya diketahui sudah berada di ranah Nusantara sejak abad ke-15, berawal di Kerajaan Majapahit. Pada masa pemerintahan dalam kendali Belanda, busana ini hanya dikenakan oleh permaisuri dan para selir Raja.
Selain keluarga keraton, hanya wanita berdarah biru yang memakai kebaya beludru dipadukan dengan stagen dan kemben, serta rambut berkonde. Ya, kurang lebih demikian nampak lembut dan anggun dalam kaca mata saya.
Ketika penguasaan Nusantara beralih ke Jepang, popularitas kebaya menurun karena perdagangan tekstil terputus. Keadaan tersebut berubah kembali di saat awal kemerdekaan.
Kebaya menjadi salah satu identitas busana tradisinal Indonesia yang selalu terasa spesial dan sakral saat dikenakan wanita. Seiring berjalannya waktu, tren fashion kebaya bervariatif.
Terkesan modern mempercantik tampilan wanita Indonesia di keseharian maupun acara-acara formal. Namun, makna sejarah kebaya lekat dengan pakaian adat wanita Jawa. Bahkan menjadi identitas tradisional warisan budaya tak benda.
Sependek ingatan, ada beberapa kebaya yang menjadi dentitas budaya, lebih dikenal dengan sebutan Kebaya Nusantara.
Di antaranya, Kebaya Kartini, Kebaya Jawa, Kutubaru, Encim, Kebaya Bali dan Sunda.
Namun saya tidak akan mengulik satu persatu. Melainkan yang kerap dijumpai pula dikenakan di tempat asal penulis.
***
Bagi masyarakat Jawa, kebaya bukan hanya sekadar pakaian penutup badan. Melainkan simbol identitas diri. Ada makna mendalam di balik busana tersebut.