Beberapa pekan lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga Mi Instan Naik tiga kali lipat.
Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh mahalnya harga gandum akibat perang Rusia-Ukraina yang tak berkesudahan.
Tekait alasan di atas, bagi pecinta mi sudahkah punya solusi pengganti? Jika belum ada, atau tak bisa pindah ke lain hati.. eh, lain menu. Hehe..
Disaat belum menemukan menu lain, sedangkan tubuh membutuhkan makanan cepat, seperti mi instan kerap dijadikan solusi. Selain mudah mengolah rasa lezatnya begitu menggoda.
Namun, bukan rahasia lagi jika sering menyantapnya mi tidak baik untuk kesehatan. Guna mensiasatinya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Terlebih untuk anak-anak yang menjadikan media pembelajaran.
***
Pada suatu masa, Naknang minta diajari cara memasak. Katanya, kelak bila di sekolahan ada lomba atau kegiatan serupa, ia bisa andil.
Tentunya saya senang. Sebagai awal pembelajaran materi yang mudah. Hmmm... apa, ya? Masak mi instan. Iya, betul.
Sebagai mediasi transfer ilmu, sedikit demi sedikit tersampaikan. Mulai merebus air, memasukkan mi saat air mendidih, serta menambahkan sayuran segar dan telur secara runut.
Tetapi Naknang minta telurnya dikocok, wis rapopo, yang penting tidak meninggalkan sayuran. Dan sebagai penutup, bumbu dituang pada mangkuk saji baru kemudian mi dan kuahnya.