Setahun yang lalu saya membeli beberapa bunga di tempat kakak yang berprofesi sebagai Guru. Beliau memanfaatkan waktu luang setelah daring untuk budidaya tanaman hias dan sayuran.
Seperti kita ketahui saat pandemi hampir seluruh lapisan masyarakat sedang jatuh cinta pada aneka ragam tanaman.
Sebagian orang beranggapan, tren berkebun di rumah sebagai pelarian atau melepas tekanan di bawah bayang-bayang pandemi.
Seperti halnya saya, tidak ingin ketinggalan boomingnya tanaman hias, maka ikutan memborong berbagai bunga yang lagi tren pada masa itu. Selain itu, kakak juga menawarkan dua bibit pohon Jeruk.
Yakni, Jeruk Purut dan Jeruk Tongheng. Saya berpikir sejenak tentang, katanya buah Tongheng yang sudah masak berwarna orange bisa dimakan bersama kulitnya.
Saya kembali berpikir, karena penasaran akhirnya dua pohon jeruk ikut terboyong juga.
Sebagian orang tentunya sudah tidak asing lagi dengan buah yang satu ini. Tetapi tidak ada salahnya saya berbagi cerita tentang Jeruk Tongheng.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam jenis jeruk yang beredar di masyarakat, salah satunya Jeruk Tongheng.
Mungkin nama buah tersebut masih asing di telinga, sebab belum beredar sepenuhnya di pasaran. Jeruk Tongheng biasanya dapat dijumpai ketika jelang hari raya Imlek, karena digunakan sebagai hiasan perayaan tahun baru cina.