Awal April 2021 lalu, sakit asam lambung saya kambuh--bersamaan dengan tifus--yang justru sudah dinyatakan sembuh tiga dekade lalu.
Ya, penyakit asam lambung datang dan pergi dalam kehidupan saya. Sebelum hal buruk terjadi terkait penyebaran Covid-19 sedang meningkat tajam di Kabupaten Klaten, maka saya segera berobat ke dokter langganan.
Setelah didiagnosa benar adanya, dokter pun memberi dua resep untuk ditukar dengan obat asam lambung dan tifus.
Beberapa hari kemudian, jatah obat hampir habis, namun kesembuhan seperti sedia kala masih jauh dari harapan.
Supaya tidak wara-wiri bak bus kota datang silih berganti, saya membeli beberapa penawar untuk stok.
Tentunya sesuai resep, hanya menambahkan pereda nyeri, ranitidin dan sirup.
Tapi masa iya, harus mengonsumsi obat lambung terus menerus? Rasanya bosan, Pembaca. Tetapi bila tidak meminum obat itu, rasa sakit itu menusuk hingga ke punggung.
Sebelumnya, mari kita kenalan dengan Penyakit Asam Lambung.
Asam lambung adalah penyakit yang umum diderita sebagian masyarakat.