Lihat ke Halaman Asli

Yuliyanti

TERVERIFIKASI

Yuli adja

PUISI || Merdu Kicaumu Berlalu

Diperbarui: 13 Mei 2022   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murai piaraan suami ketika sembuh dari sakit saraf (kejang), 21 Februari 2022 (Dokpri)

Kecemasanku pada akhirnya terjadi
Setelah sekian hari keceriaanmu pergi
Meski segenap cara kutempuh
Sukma tak lagi terengkuh

Pada akhirnya kau tarik napas penghabisan
Pergimu tinggalkan sederet kenangan.
Bahkan, jadi pelipur dengan cuitan
Saat berdendang berselimut kemerduan

Begitulah garis takdirmu
Kepergianmu menyisakan pilu
Pelipur lelahku pergi tak kembali
Kicaumu tak lagi menghiasi

Ketika raga payah hanya mengenang pasrah
Tiada lagi lautan kegembiraan
Bentangan kepak sayap iringi nyanyian
Hilang. Merdu berlalu di belahan waktu

Pada akhirnya kau benar-benar pergi Menghadap Illahi pemberi sukma ini
Di bawah pelepah pisang tempat terakhir persemayaman
Aku hanya bisa mengucap selamat jalan

Foto Burung Murai saat menghembuskan napas terkhir, dan tempat pemakaman. Dokumen yuliyanti

Terima kasih telah berbagi keceriaan
Dalam bentangan waktu yang lalu
Kini ragamu telah terbujur kaku
Dalam persinggahan panjangmu
Di bawah pelepah pisang kulantunkan doaku

***

Puisi di atas tentang burung murai piaraan suami yang tak lagi mau dipiara.

Kata orang, penyakit yang sering menyerang murai adalah (saraf) kemarin lusa kambuh untuk kedua kalinya, hingga membuat meregang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline