Salam bahagia, Pembaca Kompasiana. Semoga di manapun berada, keberkahan selalu menyertai Anda bersama keluarga. Aamiin.
Saya ingin berbagi cerita, tapi awas ya, bila isi cerita bakal membuat Anda penasaran, hingga membuat ketagihan.
Bener, kok pembaca!
Begini, pada Hari Kamis, 24 Februari 2022 lalu, saya membeli nangka muda dan telur puyuh untuk diolah menjadi gudeg. Secara bersamaan, seorang kawan sesama pembeli menegur.
"Mbak Yuli, bikin gudeg nangka bumbu gongso(ditumis). Uenak tenan."
"Pas banget, mau bikin gudeg ini, Mbak Yuni." Balas saya sambil melanjutkan memilih belanjaan.
Sesampainya di rumah, 2 bungkus nangka saya timbang beratnya hampir 900 gram. Kebiasan memasak gudeg dicampur ceker (kaki ayam) dan telur.
Terkadang telur ayam, namun tak jarang menggunakan telur puyuh. Nah, dua bahan sudah tersedia tinggal ceker ayam belum membelinya.
Lalu saya ceker membeli di pedagang ayam potong tetangga sebelah. Tetapi sudah habis.
Kemudian saya membeli di tempat lain, tetapi pesan saya tidak terbaca. Pesan dilayar WhatsApp pun centang satu. Itu artinya rencana memasak jadi tertunda.