"Makna Peribahasa jadi Landasan dalam kehidupan"
Saya tidak tahu sejak kapan peribahasa itu ada, karena Bapak tidak pernah bercerita asal-muasalnya. Akan tetapi, sejak saya kecil beliau banyak mengajarkan tentang kehidupan. Kemudian, makna yang terkandung di dalam petuah tersebut saya jadikan landasan hidup.
Sejalan dalam penggalan kehidupan, tatkala bersemayam masa sulit kita harus pandai mengolah duit. Mungkin itu kata yang tepat tersematkan kala hidup serba kekurangan.
Masa-masa sulit awal mula kisah, kala bekerja di sebuah Toko Material. Beberapa bulan lalu saya pernah menganggit artikel tersebut di laman Kompasiana.
Pada awalnya saya merasa senang, setelah merasakan kebersamaan menghirup udara segar mencari recehan penghidupan di tempat tersebut.
Waktu pun berlalu begitu cepat, tak terasa enam bulan hampir lewat dalam kisah pengembaraan.
Hari-hari terlewati jauh dari keluarga, di tempat kerja ini setidaknya satu hingga dua pekan sekali bisa pulang melepas rindu. Namun, selang berjalannya waktu tumbuh rasa tidak kerasan. Karena upah yang diberikan pimpinan tidak sepadan.
Ada rasa jenuh bersemayam di hati, seakan ingin lekas pergi dari aktivitas kerja ini. Akan tetapi, saya tetap berusaha bertahan demi masa depan.
Hampir sebelas bulan bekerja, gaji yang saya terima tiap sabtu Rp 11.000 terhitung 7 hari kerja. Bila satu bulan, saya mengantongi uang Rp 44.000 cukup bagi seorang gadis bila hanya untuk kepentingan sendiri.
Tetapi tidak dengan saya kala itu, dengan bekerja berharap bisa meringankan beban orang tua. Pada suatu hari, saya pulang. Kepulangan untuk melepas rindu juga memberi sedikit uang kepada Ibu hasil jerih payah sebulan.