'Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.'
Sahabat yang budiman! Mungkin pepatah itu pantas tersematkan dalam kisah yang saya torehkan kali ini.
Saat seorang menginjak dewasa, apa yang diinginkan selain menikah?
Sebut saja namanya Rangga. Pria bertubuh atletis, tampan rupawan, sosok sederhana pun baik hatinya.
Rangga, pemuda desa tak menyandang gelar sarjana. Namun, pandai bersosialisali terhadap lingkungan, banyak teman seusianya, bahkan dari yang lebih tua, muda, pria pun wanita mengenalnya. Dari sekian banyak teman yang dikenal, ada seorang gadis yang membuatnya tertarik 'Mawar' gadis ayu kembang desa setempat.
Pepatah jawa mengatakan; "Witing tresno jalaran soko kulino( Rasa cinta tumbuh karena terbiasa)
Karena sering bertemu, tumbuhlah rasa cinta di antara mereka. Bunga cinta bertumbuh kian hari kian menggelora.
Kisah asmara sepasang kekasih yang berencana memuarakan cinta di dermaga kehidupan. Namun, siapa sangka bila alur cerita tak sesuai yang diharapkan. Badai pun datang memisahkan. Lalu, siapa yang disalahkan?
Keinginannya tak bisa dimiliki, sedangkan yang tak diharapkan nyata di depan mata.
Hidup dan kehidupan tak lepas dari takdir-Nya, bukan?
Begitu pula yang terjadi dengan Rangga. Takdir telah memisahkan kisah cintanya. Mawar menikah dengan pria pilihan orang tua yang lebih mapan.