Kita pernah menjadi mimpi-mimpi yang terkotak rapi, tapi mata terburu-buru membuka untuk menawarkan kenyataan.
Kita pernah menjadi apa yang aku ingin, sama seperti apa yang kamu ingin, tapi keinginan saja tak cukup untuk menyatukan.
Kita pernah menjadi rindu yang dipermainkan oleh waktu, hingga temu melekat pada suatu waktu yang tak tentu.
Kita pernah berjalan bersama, walaupun pada akhirnya berakhir tak sejalan.
Kita pernah, kita pernah sedekat itu.
Sekarang,
Kita terpaut pada satu hembusan napas,
Kita terpaut pada satu denyutan nadi,
Kita terpaut pada satu detak jantung.
Kita, perasaan yang benar,
Tapi takdir berkata salah.