Bagi olahragawan tanah air, hari ini mungkin merupakan hari istimewa. Ya, 9 September 2016 adalah peringatan Hari Olahraga Nasional atau yang biasa disebut Haornas yang ke-68 tahun.Penetapan tanggal 9 September sebagai Haornas diawali dengan diadakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama kali yang berlangsung mulai 9 s.d.12 September 1948 di Surakarta.
PON ke-I dijuarai oleh karesidenan Solo. Dahulu, pesertanya bukan antar provinsi, namun antar karesidenan. Saat itu hanya ada 13 kontingen karesidenan dengan 600 atlet yaitu Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kediri, Kedu, dan Surabaya.
Cabang olahraga yang dilombakan pada waktu itu terbatas, hanya ada 9 cabor, antara lain: Atletik, lempar cakram, bulu tangkis, sepak bola, tennis, renang, pencak silat, panahan, dan bola basket. Total medali yang diperebutkan dengan sistem emas, medali, perak berjumlah 108 medali. Acara PON perdana ini dibuka dan diresmikan oleh Presiden Soekarno serta ditutup oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI).
Lain dulu lain sekarang. Memasuki penyelenggaraan PON XIX tahun ini, Indonesia bisa dikatakan cukup berhasil dalam mengembangkan cabang olahraga yang dilombakan. Pembinaan atlet melalui pelatnas di tiap-tiap daerah mampu menciptakan bibit-bibit unggul yang nantinya diharapkan dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.
PON XIX Jabar 2016 ini akan melombakan 44 cabang olahraga, 10 cabang olahraga eksebisi dengan total nomor pertandingan: 365 pertandingan putra, 302 pertandingan putri, 33 pertandingan campuran dan 50 pertandingan terbuka di 61 Venue yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Sekitar 8403 atlet di luar atlet tuan rumah akan memperebutkan 755 medali emas, 755 medali perak, 962 medali perunggu dan akan dipimpin oleh sekitar 2195 wasit sebagai penengah.
Namun sayangnya, event megah tersebut harus terkendala dengan masalah infrastruktur pertandingan. Beberapa venue masih belum siap untuk digunakan, padahal penyelenggaraan PON XIX hanya tinggal menghitung hari. Sedikitnya 9 venue cabang olahraga masih belum rampung, diantaranya gantole, terbang layang, panahan, menembak, softball, motor cross (gerimang), tinju, berkuda, dan tenis lapangan.
Bahkan pertandingan cabang olah raga bulu tangkis dan tarung derajat terpaksa harus dipindahkan. Hal itu disebabkan belum siapnya GOR Bandung, yang sedianya akan menjadi arena pertandingan dua cabor tersebut. Arena pertandingan bulu tangkis akan dipindahkan ke GOR Bima, Kota Cirebon. Sementara untuk tarung derajat akan menggunakan arena pertandingan di ITB Jatinangor.
Dalam hal ini, siapa pihak yang bertanggung jawab? Apakah pemerintah daerah atau pihak penyelenggara PON? PON sejatinya sudah menelan biaya yang begitu besar untuk pembangunan venue dan biaya operasional lomba, termasuk penghargaan untuk pemenang.
Apakah yang salah kontraktor bangunan? Bisa jadi iya, namun bisa jadi tidak, jangan asal menuduh. Kontraktor memang bertanggung jawab atas selesainya pembangunan venue tempat perlombaan. Tetapi yang perlu diketahui, tidak semua hal di dunia ini akan berjalan lancar, karena kita tidak berada di ruang hampa yang tidak ada faktor hambatan-hambatan dari luar. Mungkin saja, kontraktor punya alasan tersendiri terkait belum rampungnya pembangunana sesuai batas waktu yang ditentukan, seperti faktor cuaca, tanah, dan lain sebagainya.
Apapun hambatan yang menghadang, bukanlah alasan tidak suksesnya sebuah event besar yang berskala nasional. Pemindahan tempat pertandingan merupakan salah satu bentuk jalan keluar dari permasalahan di atas. Ambil saja hikmahnya, di penyelenggaraan PON selanjutnya, pembangunan venue harus dilakukan jauh-jauh hari agar kesalahan serupa tidak terulang.
PON merupakan event yang sangat penting. Siapapun yang ditunjuk sebagai tuan rumah, pasti akan mendapat rejeki dari pusat dengan dibangunnya beberapa infrastruktur baru, tidak hanya venue lomba, namun juga akses jalan raya dan transportasi. Dari sisi ekonomi, pendapatan masyarakat akan naik cukup signifikan karena banyak masyarakat dari luar daerah akan mengunjungi tuan rumah untuk menyaksikan jalannya lomba.