[caption caption="Jembatan Tayan saat proses pengerjaan. (Sumber: Wibowo Djatmiko, urbanindo.com)"][/caption]Jembatan Tayan saat ini telah menjadi jembatan terpanjang di Pulau Kalimantan dan hanya menunggu waktu peresmian oleh Presiden Jokowi pada Bulan Juni mendatang. Pembangunan jembatan ini telah dilakukan sejak 19 September 2012 lalu, dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Pekerjaan Umum yang saat itu sedang menjabat yaitu Djoko Kirmanto.
Jembatan Tayan adalah jembatan yang melintang di atas Sungai Kapuas. Jembatan dengan lebar 11,5 meter ini menjadi ikon baru Kota Sanggau yang menghubungkan antara Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Dengan total panjang 1.420 meter, jembatan yang terletak di jalur Trans Kalimantan ini disebut-sebut sebagai jembatan terpanjang ketiga di Indonesia setelah Jembatan Suramadu di Jawa Timur dan Jembatan Pasupati di Jawa Barat.
Sebelumnya jembatan terpanjang di Pulau Kalimantan adalah Jembatan Barito di Banjarmasin dengan panjang 1.082 meter. Jembatan Tayan sukses membentangkan diri di atas sungai terpanjang di Indonesia. Jembatan ini terbagi atas dua bagian, bagian pertama sepanjang 280 meter menghubungkan Kota Tayan dengan Pulau Tayan, sedangkan bagian kedua sepanjang 1.140 meter menghubungkan Pulau Tayan dengan Desa Pasiak.
Di balik semua kemegahan itu, ternyata jembatan tersebut dibangun atas kerja sama Tiongkok (Road and Bridge Corporation) dengan Indonesia (PT Wijaya Karya Tbk) dengan total investasi sebesar Rp 907,716 miliar. Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum, pendanaan berasal dari pinjaman ke Tiongkok sebesar 90% dan sisanya dari Pemerintah Indonesia melalui APBN. Dana dari Pemerintah Indonesia digunakan untuk pembebasan lahan dan pembangunan akses menuju lokasi jembatan.
Sebenarnya jembatan ini ditargetkan selesai pada pertengahan 2015, tetapi karena ada kendala pendanaan yang sempat tersendat pada tahun 2014, maka target diundur hingga akhir tahun 2015, dan ternyata baru selesai 100% pada Bulan Februari 2016. Sebelumnya, akses transportasi di daerah tersebut masih menggunakan Kapal Feri KMP Silok berukuran kecil yang dioperasikan oleh PT ASDP. Dengan adanya jembatan ini tentu lebih mempermudah akses warga dalam kegiatan sehari-hari dan juga memperlancar transportasi darat di Kalimantan.
[caption caption="KMP Silok pada saat beroperasi di Sungai Kapuas. (Wibowo Djatmiko, geolocation.ws)"]
[/caption]
Dengan adanya jembatan ini, diharapkan sektor perekonomian di Kalimantan bisa lebih maju. Jembatan ini memang dipersiapkan untuk menyambut era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menuntut kemajuan daerah-daerah Indonesia di segala bidang. Hal ini tentu harus didukung dengan sarana dan sarana transportasi yang memadai. Transportasi adalah elemen vital dalam kegiatan perekonomian, dimana proses distribusi sungai saat ini sudah tidak relevan lagi karena memakan banyak waktu dan biaya yang mengakibatkan kenaikan harga barang.
Lapangan kerja baru akan terbuka seiring dengan kemajuan dunia usaha di Kalimantan Barat. Masyarakat sekitar dituntut harus tetap bersaing secara sehat mengingat lapangan kerja bukan hanya menjadi tempat persaingan tenaga kerja Indonesia melainkan juga seluruh seluruh tenaga kerja di Asia Tenggara. Jembatan ini juga membuka potensi pariwisata yang ada di sekitar Kalimantan Barat sehingga akan banyak wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini.
Semoga dengan digunakannya jembatan ini, akan memberi kemajuan secara nyata bagi masyarakat Kalimantan khususnya dan Indonesia di mata ASEAN pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H