Bom kembali meledak di jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis, 14 Januari 2015. Bom meledak sebanyak enam kali secara berutun di dua titik berbeda, yaitu di pos polisi dan di depan Starbuck. Akibat ledakan dan serangkaian peristiwa penembakan, terdapat delapan korban tewas yang terdiri dari lima orang pelaku dan tiga orang warga sipil serta 33 orang lainnya mengalami luka-luka.
Bom Sarinah meledak bertepatan dengan deadline penetapan saham PT Freeport yaitu 14 Januari 2015. Meskipun demikian, serangkaian aksi teror ini bukan merupakan skenario pengalihan isu strategis penetapan saham PT Freeport. Bukan skenario Amerika, apalagi Pemerintah Indonesia. Hal ini murni dilakukan oleh kelompok teroris jaringan ISIS di Asia Tenggara.
Jika dilihat, serangkaian peristiwa teror yang terjadi di Sarinah mempunyai kemiripan dengan peristiwa teror di Turki yang dilakukan oleh ISIS. Bom yang meledak berkategori low explosion. Bahan yang digunakan sama dengan bom yang pernah meledak di Cirebon. Dari dua peristiwa tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembuatan bom bersumber pada satu ajaran yang sama.
Para teroris meledakkan bom di depan Starbuck karena sasaran mereka adalah Amerika, dan juga meledakkan di pos polisi karena mereka menganggap Densus 88 melakukan operasi-operasi penangkapan teroris dibawah kendali Amerika.
Sebelumnya, ISIS pernah memperingatkan Indonesia bahwa mereka akan melakukan peledakan bom di malam natal dan tahun baru. Namun, karena pengamanan saat itu sangat ketat maka peledakan bom diundur tanpa ada yang tahu kapan dan dimana nantinya bom akan diledakkan.
Sempat rencana aksi teroris yang akan meledakkan bom pada tanggal 9 Januari 2016 terdeteksi oleh aparat keamanan, karena itu mereka kembali menunda rencana aksi. Akhirnya pada tanggal 14 Januari 2016 terwujudlah rencana mereka dengan melakukan serangkaian aksi teror yang diawali peledakan bom disusul dengan penembakan di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Jadi, aksi teror yang terjadi di Sarinah beberapa hari yang lalu murni dilakukan oleh kelompok teroris, bukan skenario pemerintah atau pihak tertentu sebagai pengalihan isu saham PT Freeport.
Gambar: sinarharapan.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H