Lihat ke Halaman Asli

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 - 1.2

Diperbarui: 28 September 2023   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Pertama yang terbersit dalam pikiran saya ketika membuat tulisan ini sebagai pemenuhan tugas Jurnal Dwi Mingguan adalah, rasa lelah dengan tugas yang beruntun, mungkin tugas ini akan terasa ringan dan cepat untuk di selesaikan jika tidak ada tuntutan dalam diri saya sebagai Guru yang harus Profesional dalam melaksanakan semua kewajibannya di sekolah, apalagi saya memegang kelas 1 yang faktanya sangat membutuhkan energi , pikiran dan perhatian yang penuh.. seutuhnya , namun... semua rasa lelah ini tergantikan dengan ilmu, pengetahuan dan wawasan baru yang begitu sangat bermanfaat khususnya bagi saya pribadi sebagai individu yang selalu ingin mengetahui hal baru yang tentunya bermanfaat bagi diri untuk menunjang kinerja saya sebagai guru.

Saya menyimak, meresapi apa saja yang saya dapatkan , dan saya sangat bersyukur atas rezeki dari Sang Maha, bagi saya.. menjadi Calon guru Penggerak adalah rezeki , dan saya harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, agar berguna bagi diri saya pribadi dan bermanfaat bagi orang lain, tentunya disini murid-murid saya, rekan sejawat saya dan warga sekolah serta dunia pendidikan pada umumnya.

Mulai dengan mengikuti alur awal pembelajaran CGP masih terasa sangat dituntut, mepet waktu yang tidak bisa sambil ngajar , namun setelah masuk di modul 1.2 saya sudah lebih menikmati dan 'masuk' ke alur pembelajarannya, sudah paham dengan alurnya, bagaimana runtut acuan pembelajarannya.. Alhamdulillah.. semoga Allah mudahkan, lancarkan dan diberi kesehatan Aamiin..

Kita masuk ke materi, pada Modul 1.1 hati dan pikiran saya di jejali dengan sebuah Pemikiran hebat dari Tokoh Pendidikan Nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara, yang membuat saya berdecak kagum atas pemikiran beliau adalah; Pemikiran beliau tercetus pada masa lampau, di masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1920-an, namun pemikiran itu sangat relevan di masa kini.

Guru adalah pembentuk Peradaban, Guru ibarat petani yang mempunyai banyak benih , jika kita menanam padi maka rawatlah benih itu hingga menjadi tanaman padi yang tumbuh subur dn dapat menghasikan padi yang berkualitas, jika kita menanam jagung maka jangan merawat tanaman jagung sama seperti tanaan padi, jika kita menanam kedelai makarawatlah kedelai dengan cara yang tepat agr kedelai tumbuh subur dan menghasilkan kedelai yang baik dengan kualitas bagus, dari Analogi ini maka kita guru tidak bisa memperlakukan murid dengan cara yang sama, karena mereka memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Guru tidak bisa memaksakan benih padi di ubah menjadi benih jagung, karena ibaratkan Tata Surya dan anak menjadi planet-planetnya, maka biarkanlah mereka tetap dan terus berputar pada orbitnya masing-masing, dengan keistimewaan mereka masing-masing.

Begitu luas cakupan pendidikan dan pengajaran dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani  begitu familiar di telinga dan pemikiran kita, dan memang fakta bahwa seorang guru di depan murid  harus dapat memberi contoh , di tengah harus dapat memberikanide dan gagasannya dan di belakang harus dapat memotovasi / memberikan dorongan. Pendidikan yang di berikan kepada murid harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, membentuk budi pekerti luhur, perkembangan yang holistik antara cipta, rasa dan karsa.

Saya memahami bahwa pendidikan harus berprinsip pada tiga asas yaitu asas trikon ( Kontinuitas,Konvergensi, Konsentris). Pendidikan itu perubahan, selalu terus bergerak tidak pernah diam atau statis. dimana nilai-nilai kemanusiaan  merupakan nilai essensial dari kebudayaan . Pendidikan dan Pendidik memandang anak dengan rasa hormat, kita menghamba pada anak, semua mengacu bertujuan kepada murid, untuk kepentingan dan kebutuhan murid.

Pada Modul 1.2 saya diberikan pondasi tambahan yang sama kuatnya, yaitu tentang Nilai dan Peran Guru yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas, di sekolah untuk mencapai tumbuh kembang yang holistik, mulai dari Berpihak kepada murid, Mandiri, Kolaboratif, Reflektif dan Inovatif. Semua nilai saling berkaitan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, pahami , resapi dan laksanakan dengan kesungguhan , ikhlas adalah kunci utama dan niatkan yang terbaik , agar apa yang kita tanam, kita rawat, kita pupuk , dan hasil panen akan kita dapatkan dengan melimpah sesuai harapan kita. begitulah analogi yang diungkapkan oleh KHD.

Peran GP begitu mendukung, menjadi bagian penting yang merupakan tonggak agar  pendidikan kita maju dan berkualitas, Menjadi pemimpin pembelajaran, Menjadi coach bagi guru lain, Mendorong kolaborasi, Mewujudkan kepemimpinan murid, serta Menggerakkan komunitas praktisi. menjadi jalan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, mengajak semua guru menjadi guru yang berkualitas, membentuk murid dengan karakter pemimpin yang bernalar kritis, mandiri namun peduli sesama, mau bergotong royong, bekerja sama dan cinta budaya bangsa.

Pada Modul 1.2 saya diberikan pondasi tambahan yang sama kuatnya, yaitu tentang Nilai dan Peran Guru yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas, di sekolah untuk mencapai tumbuh kembang yang holistik, mulai dari Berpihak kepada murid, Mandiri, Kolaboratif, Reflektif dan Inovatif. Semua nilai saling berkaitan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, pahami , resapi dan laksanakan dengan kesungguhan , ikhlas adalah kunci utama dan niatkan yang terbaik , agar apa yang kita tanam, kita rawat, kita pupuk , dan hasil panen akan kita dapatkan dengan melimpah sesuai harapan kita. begitulah analogi yang diungkapkan oleh KHD.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline