Minggu pertama dan kedua bulan Desember adalah hari yang penuh kesibukan bagi kami para guru. Hari-hari yang "sangat bernilai" dalam arti tiap hari kami harus mengolah nilai anak-anak untuk dilaporkan dalam rapor mereka nanti.
Meski demikian, di sela kesibukan tersebut kami masih sempat mengadakan potluck sego pecel. Bagaimana acaranya? Simak terus tulisan berikut..
Siapa yang tidak kenal pecel? Hidangan yang terbuat dari aneka sayur direbus lalu diberi toping satu kacang berbumbu ini sungguh menggugah selera. Apapun namanya; pecel Madiun, pecel Blitar, pecel Malang, semua tampil dengan kekhasannya untuk memanjakan lidah penggemarnya.
Kata pecel atau pecal berasal dari bahasa Jawa yang artinya ditumbuk. Hidangan yang ada sejak zaman dahulu kala ini diperkirakan berasal dari daerah Mataram Kuno seperti Yogyakarta dan sekitarnya, lalu dibawa ke daerah sekitar JawaTimur.
Sekilas konsep penyajian pecel hampir sama dengan salad dari Eropa dimana berbagai sayuran disiram dengan saus berbumbu.
Hidangan sederhana namun lezat ini baru- baru ini dinobatkan sebagai salah satu salad terbaik di dunia oleh Taste Atlas, sebuah majalah yang membuat ulasan tentang kuliner dari negara negara di berbagai belahan dunia.
Di tengah kesibukan mengadakan persiapan penilaian rapor semester gasal ini, pada hari Selasa pagi (17/12) kami mengadakan potluck sego pecel di ruang guru Bintaraloka.
Ya, potluck adalah sebuah tradisi yang sering kami lakukan dalam berbagai acara.
Semula potluck ini akan mengambil tema pecel punten.
Ah ya, punten adalah hidangan yang terbuat dari beras dan santan. Beberapa sumber mengatakan hidangan ini berasal dari Tulungagung.