Setelah satu bulan kita melaksanakan puasa Ramadhan dan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT, maka sudah selayaknya kita juga meminta maaf atas dosa kita pada sesama manusia agar kita benar-benar terlahir kembali sebagai manusia yang fitri.
Sebagai seorang manusia kita tak bisa lepas dari kesalahan. Ya, dalam berinteraksi dengan sesama selalu terjadi gesekan di antara kita.
Satu tradisi yang selalu dilakukan di bulan Syawal adalah halal bihalal. Tradisi dimana kita bersalam-salaman untuk saling memaafkan.
Istilah halal bihalal berawal pada sekitar tahun 1948 di mana Presiden Sukarno sangat prihatin atas pertikaian antar para pemimpin politik di Indonesia saat itu. Indonesia yang baru saja merdeka terancam mengalami desintegrasi jika masalah tersebut tidak segera diatasi.
Atas usul ulama NU, K.H. Abdul Wahab Hasbullah maka pada tahun itu diadakan pertemuan para pimpinan partai politik.
Pertemuan diselenggarakan dengan memanfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk saling bermaaf-maafan dan menghalalkan segala dosa.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di istana negara dan diberi nama halal bihalal, dan untuk selanjutnya tradisi tersebut terus dilakukan dari tahun ke tahun sampai sekarang.
Hingga kini halal bihalal menjadi acara rutin keluarga, perkumpulan, lembaga-lembaga, kantor ataupun sekolah setiap Lebaran.
Seperti yang dilaksanakan sekolah kami hari ini, di hari pertama masuk sekolah siswa diajak berhalal bihalal di lapangan sekolah.