Beberapa hari yang lalu saya terlibat perbincangan dengan Kakak Pembina Pramuka di sekolah.
Kami berbincang tentang plus minusnya tidak menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
Lewat perbincangan itu Kakak Pembina menyayangkan jika Pramuka tidak diwajibkan lagi bagi siswa di sekolah, karena Pramuka sebenarnya mengajarkan berbagai karakter baik pada siswa.
Pramuka banyak mengajarkan kecakapan hidup. Namun semua kadang terbentur pada pelatih Pramuka yang kadang kurang kompeten sehingga menjadikan kegiatan ini kurang menarik di mata beberapa siswa.
Dalam tulisan kali ini saya akan bercerita tentang kegiatan Pramuka yang pernah saya ikuti semasa SD dan SMP. Betapa pelatih mempunyai andil besar untuk menjadikan pramuka ini menjadi kegiatan yang menarik bagi para siswa.
***
Pertama kali kenal Pramuka adalah ketika saya kelas empat SD. Saat itu siswa yang boleh mengikuti Pramuka adalah kelas 4,5, dan 6, kelas di bawahnya belum boleh. Entah karena masih terlalu kecil atau pelatihnya yang tidak ada.
Saya bersekolah di sebuah SD Negeri yang lokasinya di dalam kampung. Satu kompleks sekolah kami terdiri dari 3 SD. Ada SD 1, SD 2, dan SD 3. Nah, SD yang terakhir ini adalah yang baru dibangun. Zaman dulu namanya SD Inpres.
Dibandingkan dengan SD 1 dan SD 2, SD Inpres adalah yang paling maju. Peralatannya bagus dan lengkap, bahkan punya perpustakaan juga ada ekstrakurikuler pramuka. Wow.., amazing sekali.