Matahari makin tergelincir ke arah barat. Jalan kampung mulai sepi. Sesore ini banyak orang mulai beristirahat. Entah di rumah, atau sekedar berteduh di warung-warung di tepi jalan.
Rumah kecil itu masih menampakkan kesibukannya. Rumah sangat sederhana dengan dinding tripleks.
Seorang anak kecil kira kira usia delapan tahun sedang sibuk memilah sampah dari sebuah karung.
Karung itu berisi berbagai macam plastik dan ia sedang memisahkan mana gelas plastik, mana botol plastik dan yang lain. Disendirikan sesuai bentuknya.
Tidak jauh dari tempatnya seorang laki-laki lima puluh tahunan sedang melakukan hal serupa. Hanya saja yang dipilah adalah kertas-kertas.
"Makan dulu, Addin," kata laki -laki itu.
Si anak tetap meneruskan pekerjaannya.
"Tanggung, Kek.. kurang sedikit,," jawabnya.
Si kakek tersenyum. Cucunya ini selalu mengingatkannya pada anaknya. Punya kemauan keras dan pantang menyerah. Ya, ayah Addin adalah anaknya satu-satunya.
Mata kakek menerawang. Ia masih ingat Danu anaknya selalu melarangnya menekuni pekerjaan satu ini.
"Bapak sudah tua, lagipula aku kuat membiayai kebutuhan bapak sehari-hari," kata Danu yang seorang kuli bangunan.
Ketika itu pandemi belum datang dan Addin masih begitu kecil.