Lihat ke Halaman Asli

Yuli Anita

TERVERIFIKASI

Guru

Mana yang Benar, Baca Doa Qunut atau Tidak?

Diperbarui: 3 April 2022   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak bertanya pada ibunya, sumber gambar: Tribunnews,  Bogor

Bulan puasa selalu mengingatkan saya pada waktu anak-anak masih kecil.  Ada banyak cerita di sana.  Bulan yang sangat tepat untuk menanamkan ketaatan melaksanakan ajaran agama pada anak-anak.  

Adanya empat anak kecil di rumah membuat puasa sangat semarak. Ramai.  Baik saat buka, sahur maupun berangkat sholat traweh. Spesial pokoknya.

Satu tantangan berat bagi saya saat puasa adalah membangunkan anak untuk sahur.  Ya, godaan ngantuk mereka begitu besar, jadi harus sabar-sabar membangunkannya.

"Bangun.. Ayo.. Sahur.., "
Membangunkan sahur selalu saya lakukan ketika nasi dan lauk sudah ada di masing-masing piring.  Jadi tinggal bangun langsung makan. 

Ambil nasi sendiri? Ah,  malas.

Rasanya jauh dengan iklan di TV di mana ayah,  ibu dan anak yang masih kecil duduk  untuk sahur bersama di meja makan dan berdoa bersama  pula.

Duduk bersama, mengambil nasi dan lauk sendiri bisa mereka lakukan saat berbuka.  Saat sahur?  No way.  Godaan bantal begitu berat.

Sesudah sahur pasti mereka tertidur lagi.  Haduuh,  padahal berkali-kali sudah diingatkan jangan tidur dulu habis sahur. Tunggu sholat Subuh dulu.  Tapi ya itulah,  namanya anak-anak.  

Akibatnya jelas.  Sholat Subuh kesiangan.  Ibuknya yang bertugas membangunkan lagi. "Ayoo.. Sholat.. Sholat..! "

Lama-kelamaan saya menemukan kiat supaya anak-anak bertahan tidak tidur habis sahur sampai Subuhan.  
Apa kiatnya? Ngobrol,  cerita zaman dulu ketika ibuk masih kecil, sambil memberikan contoh bahwa ibuk dan bapaknya sudah siap untuk sholat Subuh.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline