Suasana sekolah begitu sepi meski menurut kalender pendidikan semester gasal berakhir hari ini. Namun beberapa siswa tampak asyik mengerjakan tugas di sebuah ruang kelas. Sementara siswa yang lain sudah libur, mereka diminta menyelesaikan tanggungan tugas supaya nilai rapornya bisa diisi. Bapak dan ibu guru sesekali mengamati mereka yang terbagi dalam beberapa ruang kelas.
Akhir semester memang selalu penuh cerita. Di akhir semester ini, saat para guru harus merekap semua nilai yang masuk setelah pembelajaran yang dilakukan selama satu semester, ternyata kami mendapatkan kenyataan bahwa banyak nilai yang di bawah KKM bahkan kosong. Tidak hanya untuk satu dua siswa, tetapi banyak siswa.
Dengan nilai semacam itu, bagaimana guru harus mengisikan nilai di rapor? Akhirnya kegiatan kami sekarang adalah menagih tugas yang belum dipenuhi.
Mengapa tugas yang kosong menumpuk di akhir semester?
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang pelaksanaannya setengah daring dan luring secara bergantian sebenarnya sudah lebih baik daripada full daring. Namun demikian, proses penagihan tugas masih kurang efektif. Beberapa siswa yang suka kucing-kucingan keluar masuk pembelajaran dengan berbagai alasan.
Sering juga mereka tidak muncul dalam pembelajaran luring, dan hilang saat pembelajaran daring. Ini yang mengakibatkan nilai tidak lengkap, bolong di sana-sini.
Kompetensi siswa begitu rendah juga mengakibatkan siswa malas untuk mengerjakan tugas. Ancaman learning loss benar-benar tampak di depan mata.
Seperti pengalaman saya, siswa kelas 7 lupa cara menghitung perkalian sederhana. Apalagi melakukan pembagian.
Bisa jadi hal serupa terjadi di mapel lain. Siswa tidak paham dengan apa-apa yang dipelajari sebelumnya karena lupa atau tidak mengerti sama sekali saat materi disajikan secara daring.
Bagaimana mereka bisa mengerjakan tugas jika materi saja tidak paham?