Lihat ke Halaman Asli

Yuli Anita

TERVERIFIKASI

Guru

Biarkan Tangan Tuhan yang Bekerja

Diperbarui: 31 Mei 2021   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://mariashriver.com/

Wanita itu menatap matahari yang masih bersinar malu-malu. Sepagi ini mendung sudah menggantung, membuat suasana menjadi agak redup. 

Apakah ini semua mewakili suasana hatinya?

Teh yang sudah sejak tadi tersedia di meja kecil di sebelahnya sudah mulai dingin.  Wangi teh yang menguar dari tadi sama sekali tak membangkitkan keinginannya untuk menyeruput barang sedikit.

"Lho,  tidak diminum, Buk? " sebuah suara membuyarkan lamunannya.  Wanita itu tersenyum sambil memandang sang pemilik suara. Anaknya yang tertua, selalu penuh perhatian padanya.  Apalagi saat kondisinya sedang sakit seperti ini. 

"Nanti Nduk,  masih kenyang, " jawabnya kemudian.

"Ah,  kenyang apa to Buk?  Masih pagi begini? " tanya anaknya lembut.

Senyum wanita itu berubah jadi tawa, meski lirih. 

"Tadi makan roti yang kamu belikan semalam, "

Sang anak meninggalkan ibunya yang kembali tenggelam dalam lamunannya. 

Wanita itu menghela nafas panjang. Tiba-tiba saja ingatannya terlempar ke masa lalu.Bertahun ditinggalkan suaminya telah mengubah segala sesuatu pada dirinya.  Ya,  dengan amanah anak-anak yang masih kecil ia harus bangkit dan tegar menghadapi hari-harinya yang terasa begitu panjang. 

Wanita itu telah membuat banyak perubahan dalam dirinya.  Ia yang semua penakut kemana-mana harus diantar kini harus menjadi panglima yang harus berdiri paling depan di antara anak-anaknya.  Ia harus bisa memberi contoh sekaligus mendorong anak-anaknya untuk berani melangkah.  Sebab sesedih apapun dunia akan tetap berjalan dengan segala ketidak peduliannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline