Saat saya masih kecil televisi adalah barang mewah. Hanya beberapa rumah yang memilikinya. Kalau ingin melihat kartun kesayangan seperti Hawkman atau Scooby Doo saya harus menonton di rumah tetangga. Menontonnya ramai-ramai. Istilahnya sekarang nobar.
Risiko dari pemilik televisi di kampung saya adalah harus punya tikar karena penontonnya pasti banyak dan rajin sekali. Belum waktunya main pasti penonton sudah pada datang.
Berbeda dengan sekarang yang acaranya nonstop, dulu acara televisi dimulai jam 16.00. Sebelum acara dimulai, selalu ada pembukaan pukul 16.00. Pembukaan ditandai dengan tulisan TVRI Saluran 9 dan lambang negara garuda pancasila dalam lingkaran.
Dilanjutkan dengan tayangan bendera merah putih (saat itu belum berwarna, jadi hitam putih) yang berkibar dengan iringan lagu Indonesia Raya. Bangga sekali melihatnya.
"Sst.., main.. main... jangan ramai.., " kata tuan rumah pada kami, anak-anak kecil yang sudah sejak tadi duduk di depan televisi. Acara yang menjadi favorit kami saat itu adalah Ayo Menyanyi, film kartun dan Jeanny ( mungkin film ini yang diadaptasi menjadi sinetron Jinny oh Jinny).
Jadi sampai malam pun kadang kami belum pulang karena menunggu acara yang kami sukai (Jeanny ditayangkan sesudah berita pukul 21.00). Benar-benar pemilik televisi harus punya kesabaran berlipat ganda saat itu.
Belum lagi kalau di antara para penonton ada yang bertengkar. Suatu saat pernah kami semua disuruh pulang karena dua teman kami bertengkar.
Di sebuah film teman saya menjagokan A, sementara yang satunya menjagokan B. Dari adu mulut akhirnya hampir terjadi perkelahian. Tuan rumah sumpek. Akhirnya televisi dimatikan dan kami semua disuruh pulang.
Bapak saya mungkin prihatin dengan kebiasaan saya yang selalu menonton televisi di rumah tetangga. Dengan menabung sedikit demi sedikit, saat saya kelas 6 bapak akhirnya bisa membeli sebuah televisi dengan merek National 12 inch berwarna oranye. Wih... Saya merasa jadi orang kaya saat itu. Menunggu jam 16.00 saat acara dimulai terasa lamaaa sekali.
Seperti pemilik yang lain akhirnya rumah saya juga harus siap didatangi tetangga yang ingin nonton televisi. Tapi tak apa... Nonton bareng-bareng seru juga rasanya. Apalagi kalau acara Srimulat horor. Bisa tertawa atau jerit-jerit bareng.