Nyeledet : gerakan mata melirik dalam tari Bali
Suara gamelan Bali terdengar merdu mendayu. Mbak Sinta memberikan aba-aba pada anak- anak untuk melakukan gerakan.
"Yak... Nyeledet kanan... kiri... , bagus..."
Kata Mbak Sinta sambil melirikkan mata ke kanan dan ke kiri. Sesekali Mbak Sinta mengingatkan anak anak yang gerakannya asal-asalan. "Ayo... semangat, Deniar, Sisil..., senyumnya mana.. " kata Mbak Sinta sambil terus menari. Deniar mengikuti dengan lebih semangat begitu namanya disebut . Dengan penuh penghayatan digerakkan tubuhnya sesuai alunan irama.
Hari ini adalah latihan terakhir untuk pementasan besok. Secara berkala sanggar Wilwatikta tempat Deniar berlatih menari mengadakan pertunjukan yang disaksikan oleh para orang tua. Saat itu tiap siswa ingin menunjukkan tampilan terbaiknya. Siapa yang tidak bangga mendapat applaus meriah dari para penonton?
Gamelan berakhir. Tarian ditutup dengan sebuah gerakan salam. Mbak Sinta tersenyum puas.
"Bagus sekali.., kita istirahat sebentar... Lima belas menit lagi kita ulang sekali lagi, " kata Mbak Sinta sambil bertepuk tangan. Anak anak segera duduk di lantai sambil meluruskan kaki. Tubuh tubuh mereka berkeringat. Tapi jelas sekali terpancar keceriaan di wajah mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kelas tari ini memang diadakan seminggu dua kali tiap pukul 7 malam. Sudah setahun Deniar mengikutinya dan ternyata menurut Mbak Sinta Deniar menunjukkan bakat yang bagus. Ia selalu menari dengan penuh penghayatan. Pujian Mbak Sinta membuat Deniar makin bersemangat mengikuti latihan.
Deniar melihat ke arah kaca depan sanggar. Tampak mama sedang berbincang bincang dengan sesama penjemput. Setelah melambaikan tangan sejenak Deniar kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Deniar, ke toilet yok, " ajak Sisil