Pagi ini saya ngobrol via telepon dengan teman SD yang sudah lama tidak bertemu. Di era pandemi ini teman saya tampak sibuk. Ini bisa saya lihat dari foto-foto kegiatan di instagramnya.
"Lama tidak muncul, Pak?" Tanya saya .
"Iya, ini sibuk terus, Mbak, hari ini ada lagi yang dimakamkan," jawabnya .
"Covid..?" tanya saya hati-hati.
"Benar..," jawabnya singkat.
Deg... Saya sudah lama tidak mengikuti berita covid. Ada perasaan miris di hati saya. Beritanya demikian mengkhawatirkan, namun kenyataan di masyarakat seperti menganggapnya ringan saja. Dari pembicaraan singkat tersebut akhirnya saya mulai browsing lagi mengenai berita covid terkini.
Dari hasil browsing saya peroleh data positif rate di Indonesia sampai tanggal 24 Oktober adalah 12,9% (Sumber: https://www.beritasatu.com/asnie-ovier/berita-grafik/691063/data-positivity) .
Positif rate diperoleh dari perbandingan jumlah yang positif dengan jumlah orang yang ditest. Saya selalu focus pada positif rate karena jumlah yang ditest sering berubah --ubah.
Angka positif rate 12,9% , berarti dari tiap 100 orang yang ditest ada 12-13 yang positif covid. Sebuah angka yang lumayan tinggi karena menurut standar WHO possitive rate maksimal adalah 5%.
Jika kita bicara angka-angka kadang ada sedikit perasaan abai. Saat membaca data kadang kita berpikir Ah, itu kan propinsi itu, propinsi saya tidak sebanyak itu..
Atau ah.., itu kan kota A, kota saya tidak sebanyak itu.. Demikian juga saat membuka data kecamatan,ah, itu kecamatan a, kecamatan saya aman... Masih di bawahnya kok... demikian seterusnya. Itu kalau kita bicara angka saja.