Lihat ke Halaman Asli

Dia, Penjahat Kelas Kakap (Kanker)

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia penjahat kelas kakap.
Dia tak kan pernah berhenti menyerang.
Sampai ketitik nadir terendah.

Dia yang di musuhi banyak orang.
Tapi dia tak pernah lelah
dalam menyerang.
Hingga membuat orang-orang kelimpungan.

Dia. . . Seharusnya pergi tak kembali.
Lenyap tanpa bekas.
Dia. . . Harus bisa dibasmi tanpa sisa.

Dia... Tak perlu diampuni.
Karena dia pun tak punya hati.
Dia mengiris kalbu hinggu pilu.
Hingga tersisa jiwa yang semu.

Dia. . . Yang membuat air mata selalu membasahi pipi.
Hingga membuat kelopak mata ini mengering.

Dia. . . Yang sering membuat orang ingin menyerah.
Membuang sia-sia apa yang telah diperjuangkannya.

Tetapi dia. . . .
Yang mengajarkan kita bagaimana berjuang detik demi detik.
Mengajarkan kita bagaimana sebuah pengorbanan untuk menemukan keajaiban.
Dan dia juga yang mengajarkan kita bahwa waktu sangatlah berharga.

Ahh. . . Seandainya dia berbentuk seperti roti.
Rasanya kuingin meremasnya.
Hingga dia pun hancur berkeping-keping.
Kanker yang sangat kami benci.
Bagaimana caranya kami menyuruhmu pergi?

Dia. . . Kanker yang selalu mengganggu.
Tak pernah menyerah oleh waktu.
Dan kami pun tak kan semudah itu menyerah padamu.

Kulon Progo, 3 September 2014.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline