Lihat ke Halaman Asli

Yuli DwiAstrina

Guru SMA N 1 Sale Rembang

Masih Perlukah Unggah-Ungguh di Era Milenial?

Diperbarui: 17 November 2023   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh Yuli Dwi Astrina

Istilah milenial sudah sering kita dengar, kebanyakan orang menyebutnya jaman yang serba "wow" alias canggih, salah satunya internet menjadi  peran besar dalam  keberlangsungan hidup mereka kususnya para pemuda. Mereka lebih suka mencari informasi lewat internet katimbang membaca buku karena dianggap lebih cepat tanpa harus ribet. Mereka juga lebih suka berkomunikasi lewat dunia maya katimbang bertatap muka. Hal ini jelas berdampak semakin menurunnya unggah ungguh di kalangan para pemuda.

Di era yang serba canggih ini, Mereka lebih asyik menggunakan bahasa gaul, hal ini dibuktikan ketika temannya tidak menggunakan bahasa gaul maka akan di cap sebagai anak jadul.Di dalam bahasa jawa dikenal adanya "unggah ungguh" artinya bahasa itu digunakan untuk membedakan dengan siapa kita berbicara, namun pada kenyatannya  penggunaan unggah ungguh bahasa jawa sudah menjadi carut marut di  lingkungan masyarakat. Orang tuapun tidak bisa menjadi panutan, bahkan kalau di sekolah  anak di tanya, kenapa tidak berbahasa krama dengan orang tua dirumah? Mereka kebanyakan menjawab "malah kalau kita berbahasa jawa krama ditertawakan kok Bu" . miris juga ya apabila kita mendengar anak berbicara dengan orang tua seperti  brbicara dengan temannya sendiri. Nah.. inilah salah satu penyebab semakin rusaknya generasi muda jaman "Now".

Penggunaan bahasa jawapun menjadi "salah Kaprah", sudah menjadi kebiasaan "mengkramainggilkan"dirinya sendiri bahkan dicampur aduk dengan bahasa indonesia. Sebagai contoh " aku nembe maos koran " , untuk membicarakan dirinya sendiri seharusnya tidak menggunakan krama inggil,yang benar " kula nembe maca koran ". Hal tersebut salah satu contoh sepele dalam kehidupan sehari --hari, meskipun sepele tapi  mempunyai dampak besar bagi generasi penerus. Baagaimana sebaiknya kita menyikapi hal tersebut?

Yang pertama yaitu peran orang tua sangat penting karena terbentuknya suatu karakter pribadi anak berawal dari lingkungan keluarganya. Bisa kita lihat, apabila anak tersebut mempunyai unggah-ungguh berbahasa krama baik pasti anak tersebut juga mempunyai unggah -- ungguh sikap yang baik, karena smua itu bermula dari kbiasaan di rumah. Yang kedua yaitu lingkungan atau teman sepermainan, apabila berteman dengan teman yang mempunyai unggah ungguh yang baik maka anak akan ketularan mempunya unggah -- ungguh yang baik atau sebaliknya. Yang ketiga yaitu lingkungan sekolah. Peran guru disini hanya mendidik serta mengingatkan saja, akan tetapi apabila itu semua sudah menjadi kebiasaan maka sulitlah untuk dirubah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline