Lihat ke Halaman Asli

Attallah Danendra Yulhidawan

Mahasiswa Seni bidang Film di Institut Seni Indonesia Surakarta

Ketika Batik Berbicara Dalam Mempengaruhi Tradisi dan Perubahan di Merak Manis

Diperbarui: 28 Desember 2024   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Proses Produksi Batik Tulis dengan motif Truntum di Batik Merak Manis (Sumber: Pribadi)

Batik merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan filosofi yang mendalam dalam setiap motifnya. Seni ini tidak sekadar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga mencerminkan identitas bangsa. Di Surakarta, Kampung Batik Laweyan telah lama dikenal sebagai pusat industri batik yang melegenda, mampu mempertahankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun sambil mengadopsi inovasi sesuai perkembangan zaman. Di kawasan bersejarah ini, Batik Merak Manis menjadi salah satu pelopor yang terus berkomitmen melestarikan nilai-nilai tradisional batik sembari mengembangkan inovasi untuk menyesuaikan dunia modern saat ini. dalam kesempatan ini saya ingin memberikan opini saya mengenai "Apa yang ingin disampaikan Batik jika ia bisa berbicara?" Opini saya setelah ini akan semakin diperkuat setelah mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah satu petinggi dari Perusahaan Batik Merak Manis.

Filosofi yang Mengakar dalam Setiap Goresan 

Proses pembuatan Batik di Merak Manis dimulai dengan langkah-langkah yang mencerminkan dedikasi tinggi, seperti mencanting motif pada kain mori menggunakan lilin cair. Teknik tradisional ini tidak hanya memakan waktu tetapi juga membutuhkan keahlian khusus yang diwariskan secara turun-temurun.

"Batik kami menggambarkan budaya Jawa. Beberapa motif khas kami antara lain Batik Pakem, Wahyu Tumurun, Truntum, Kawung, dan Sidomukti. Setiap motif memiliki arti mendalam, mencerminkan nilai-nilai kehidupan seperti keharmonisan, kebahagiaan, dan keberuntungan." Kata Bapak Wahyu selaku perwakilan dari Direktur. (W. Hidayat, wawancara, 21 Desember 2024)

"Munculnya produk-produk dari luar negeri dan persaingan global menjadi salah satu tantangan besar. Selain itu, persaingan motif dari dalam negeri sendiri juga menambah kompleksitas dalam mempertahankan keaslian dan kualitas." (Wawancara dengan Bapak Wahyu selaku perwakilan dari Direktur, 2024)

Tidak hanya itu, regenerasi pembatik muda juga menjadi salah satu tantangan. Minimnya minat generasi muda terhadap seni membatik membuat upaya melestarikan tradisi ini menjadi prioritas bagi Batik Merak Manis.

"Budaya membatik akan punah. Tanpa regenerasi, perusahaan akan berhenti produksi. Ini juga termasuk tantangan yang harus segera diatasi, salah satunya dengan memberikan wawasan sejak dini tentang warisan budaya kita ini!" (W. Hidayat, wawancara, 21 Desember 2024)

Inovasi dalam menggabungkan Tradisi dengan Modernitas

Batik Merak Manis menyadari bahwa inovasi merupakan kunci utama untuk tetap bertahan. Mereka menerapkan strategi dengan menghadirkan batik tulis edisi terbatas yang memadukan motif batik dari luar Jawa dan Batik Solo, dirancang dalam nuansa modern namun tetap mempertahankan sentuhan tradisional. Produk ini menjadi favorit di kalangan pasar premium.

"Pernah. Kami mencoba menggabungkan motif Batik Solo dengan Cirebon, menghasilkan motif seperti Mega Mendung. Kami juga memadukan motif Batik Solo dengan budaya Kalimantan, seperti motif Dayak yang biasanya terinspirasi dari senjata tradisional suku Dayak. dan di sisi lain kami juga tetap memproduksi batik tulis dan cap dengan melibatkan pengrajin lokal. Dengan cara ini, esensi dan sentuhan tradisional selalu terjaga sembari terus berinovasi." (Wawancara dengan Bapak Wahyu selaku perwakilan dari Direktur, 2024)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline