Lihat ke Halaman Asli

Absurd :)

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam itu adalah malam yang sangat gelap, hujan turun sangat deras bersama angin kencang yang membawa dedaunan lebar, suaranya pelan berbisik, gesekan yang tercipta antara air hujan, dedaunan dan angin malam sungguh menggetarkan jiwa. Dedaunan itu kini terus terbang bersama angin malam yang di bawa hujan dari rumah ke rumah warga, terus melaju beriringan mengitari jalanan desa yang becek, hingga akhirnya dedaunan itu jatuh dikubangan air yang penuh lumpur.

Malam itu tak ada penerangan indah yang dianugerahi oleh Sang Pencipta, Tuhan sepertinya tak mengizinkan desa kami terang walau dengan cahaya bulan atau bintang. Bulan, bintang atau benda-benda langit lainnya sama sekali tidak ada, yang menjadi penerang hanyalah kilatan petir yang terus menderu di atap-atap rumah dan hanya segelintir orang yang terpaksa menerangi rumah mereka walau hanya dengan sebuah obor atau lampu petromak.

Namun, keheningan di luar sepertinya tak berarti bagi para penghuni di salah satu rumah desa itu, rumah itu ramai dikunjungi oleh orang-orang, padahal malam sudah pekat, namun rumah itu tetap saja ramai, orang-orang terus saja berkunjung walau hanya sekedar membawa seikat rumput liar tanda ucapan selamat.

Ibu, teruslah berusaha, anak ibu telah nampak, ia seorang perempuan yang cantik, ayo Bu, berusahalah, kuatkan tekad ibu.” Wanita renta itu terus berbicara dengan penuh semangat, seakan-akan ia telah lupa dengan suaranya yang sudah serak karena usianya yang telah lanjut. Namanya Uwa Garot.

Ibu yang ia ajak bicara tak mengeluarkan kata-kata sedikit pun, yang ia keluarkan hanyalah erangan berupa jeritan sakit dan keringat yang keluardari dahinya. Ibu ini cantik, masih muda dan menawan. Dalam keadaannya saat ini pun ia masih terlihat cantik.

Sudah dua jam orang-orang diluar dibuat cemas dengan proses persalinan didalam rumah itu, mereka tetap berusaha tenang walaupun sebenarnya mereka merasa khawatir. Rasa penasaran merekalah yang membuat mereka terus menunggu wanita itu melahirkan bayi pertamanya, mereka sangat cemas. Dua puluh menit lepas sudah dari pukul sebelasmalam hingga mereka mendengar suara tangisan bayi yang akhirnya memecah keheningan malam itu.

Semuanya harap kumpul.” Wak garot berteriak dengan sekuat tenaga dari dalam rumah, semua orang pun berkumpul di tempat yang kecil itu walau harus berdesak-desakan. Mereka tak sabar menunggu kabar apa yang akan disampaikan oleh wanita renta tersebut.

Hari ini telah lahir seorang bayi perempuan cantik dari seorang wanita yang baik.”

semua orang di sana berteriak kegirangan, mengucap puji syukur pada Tuhan mereka bahkan ada pula yang menangis.

Ketika luapan rasa bahagia itu sudah mulai surut, Wak Garot meneruskan kembali bicaranya.

Namun . . .” ia segera menghentikan bicaranya. Semua orang membisu, pandangan mereka semua tertuju pada Wak Garot, ia kembali meneruskan bicaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline