Lihat ke Halaman Asli

Desy Nur Fatimah

Guru Pendidikan Agama Islam

Strategi Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan di Era Modernisasi, Westernisasi dan Globalisasi

Diperbarui: 28 Juni 2024   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat yang hidup di era globalisasi sekarang ini harus meninggalkan  sekat-sekat etnis, budaya, tradisi serta agama. Untuk menyelenggarakan kehidupan yang harmonis, mereka harus hidup di tengah kebhinekaan (pluralism). Dengan demikian maka kehidupan di era globalisasi ini akan berjalan plural. Konsep pluralisme ini sudah menjadi filosofis ketatanegaraan masyarakat dunia  sekarang. Oleh karena itu, pendidikan haruslah mencerminkan keharmonisan dengan mengaku terhadap komponen-komponen secara alamiah berbeda.

Era globalisasi akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat, khususnya dibidang pendidikan. Pendidikan ini sepenuhnya harus mengikuti tuntutan arus globalisasi, maka harus terpaksa mengubah wataknya menjadi sebuah korporat yang tunduk sepenuhnya pada logika bisnis yang bernuansa kapitalistik, yang berwatak monopoli, saling mematikan, menghalakan segala cara, individualistik, materialistik, dan sebagainya. Sebaliknya jika harus tetap bertahan pada karakter utamanya, maka ia akan di tinggalkan oleh masyarakat. Menghadapi problematika seperti itu maka terdapat langkah inovatif sebagai berikut :

1. Melakukan perubahan visi, misi dan tujuan. Hal ini penting dilakukan, karena era globalisasi telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu komoditas yang diperdagangkan. Hal ini terlihat antara lain :

a. Masyarakat lebih memilih program studi yang lulusannya mudah mendapatkan pekerjaan yang secara ekonominya menguntungkan. Akibat dari itu, maka program-program studi yang kurang marketable menjadi kurang diminati.

b. Masyarakat menganggap bahwa biaya pendidikan yang dikeluarkannya merupakan investasi yang harus menguntungkan.

c. Tujuan pendidikan menghasilkan lulusan siap pakai untuk dunia industri dan usaha. Visi, misi dan tujuan harus disertai dengan upaya menjadikan pendidikan sebagai pilar terdepan membangun kebudayaan dan peradaban. Dengan visi, misi, dan tujuan, maka pendidikan tidak hanya diukur dari seberapa banyak memberikan keuntungan ekonomi, melainkan seberapa jauh pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia, membangun, mengembangkan, dan mengaktualisasi potensi fisik, panca indera, akal, hati nurani, dan spiritualnya yang utuh, sehingga mengahsilkan karya yang inovatif untuk modal membangun kebudayaan dan peradaban2.Melakukan penyeimbangan kurikulum dan isi bahan ajar, antara ilmu-ilmu yang terkait dengan pengembangan hati nurani dan spiritual. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan antara kekuatan panca indera dan akal dengan kekuatan hati nurani (moral) dan kesadaran spiritual.

2. Memadukan model pendekatan dan metode pembelajaran yang memadukan antara pendekatan behaviorisme dan konstruktivisme. Pada pendekatan behaviorisme pembelajaran berpusat pada guru (teacher centris), didasarkan pada konsep belajar memberikan, menimba dan mengumpulakn ilmu sebanyak-banyaknya. Pendekatan behaviorisme dan pendekatan pendidikan model banking sistem ini telah menyebabkan anak didik kurang kreatif, kurang mandiri, verbalistik, dan hanya sebagai reserver. Dengan pendekatan ini, maka metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, teladan, dikte, hafalan. Sementara itu pendekatan konstruktivisme pembelajarannya berpusat pada siswa (student centris), didasarkan pada konsep belajar sebagai menumbuhkan, menggali, membina, mengembangkan potensi dan kemampuan pada diri anak. Metode yang digunakan adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Quantum Learning, CTL (Contexual Teaching Learning), PBL (Problem Basic Learning).

3. Mengunakan manajemen yang memadukan antara pendekatan sistem dan infrastruktur dengan pendekatan yang berbasis perilaku manusia. Dengan pendekatan sistem dan infrastruktur memungkinakan berbagai pelayanan dapat diberikan kepada pelanggan, tanpa membedakan antara satu dengan lainnya, tanpa harus mengenal owner dari sebuah lembaga pendidikan.

4. Memperkenalkan kembali visi, misi, dan tujuan pendidikan secara komperhensif.

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline