Lihat ke Halaman Asli

Yuli Kaniasari

Ordinary woman

PPDB vs Gaptek

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah hampir seminggu ini para orang tua murid disibukkan dengan kegiatan persiapan masuk ke jenjang sekolah lebih tinggi, entah itu dari SD masuk SMP, atau dari SMP masuk SMU. Wacana lama tetapi hal baru yang “lagi hangat-hangatnya” dibicarakan terutama dibahas oleh para ibu yang ternyata sebagian dari mereka benar-benar gaptek.

Hal ini dikarenakan proses pendaftaran  penerimaan peserta didik baru dilakukan secara online.

Bagi beberapa orang tua mungkin 'gak' masalah proses pendaftarannya seperti itu, tapi bagi sebagian orang tua lain yang kesehariannya sama sekali 'gak' pernah mengerti perangkat komputer bahkan memilikinya pun tidak, sementara anak mereka memiliki nilai UN tinggi, seperti kebakaran jenggot.

Secara teknis, panitia pelaksana menghimbau pihak guru dan sekolah membantu sepenuhnya proses pendaftaran siswa siswi mereka, tapi pada kenyataannya masih banyak orang tua yang kelabakan karena waktu pendaftaran yang hanya satu minggu, SKHUN yang sebagian siswa baru mendapatkannya pada hari rabu, ketidak mengertian para orang tua yang membawa dampak ‘Panik’ kepada orang tua lain yang senasib.

Tak ayal topik itu merebak dan menjadi pembicaraan ‘seru’ di kendaraan umum, di pasar, di halte bis, bahkan saat berpapasan dengan tetangga yang senasib sepenanggungan.

Mudah gak sih sebetulnya PPDB sistem online?

Mungkin untuk PPDB siswa SMP menuju SMU tidak perlu dikhawatirkan, karena akan sangat yakin anak-anak mereka tentunya mengerti teknologi, bisa mengoperasikan perangkat lunak, tapi untuk para orang tua yang anaknya masih di bangku sekolah dasar, kemudian mereka berada di kabupaten alias batas kota coret kalau dalam rambu lalu lintas, bagaimana pula dengan para orang tua yang berada di pelosok yang jauh dari kemajuan teknologi?.

Artinya meskipun proses pendaftaran seperti ini lebih praktis, tetapi masih banyak orang tua murid terutama yang memiliki keterbatasan kemampuan yang anaknya masih duduk di Sekolah Dasar, yang sama sekali tidak mengerti komputer tetapi malu untuk berdiskusi dengan pihak sekolah. Kurangnya sosialisasi tentang tatacara pelaksanaan PPDB, baik di media elektronik khususnya televisi, ataupun penyuluhan kepada orang tua murid yang di adakan di sekolah-sekolah jauh-jauh hari sebelum proses pendaftaran PPDB berlangsung, sementara itu orang tua juga seharusnya bersikap aktif ketika mereka menghadapi masalah yang tidak mereka mengerti, jangan sampai seperti kata pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga”.. sakit.

Pada intinya, sebagian dari para orang tua murid belum siap menerima sistem online seperti sekarang ini, sebab ketika teori menjelaskan dengan mudah, kenyataan yang terjadi dilapangan lebih “riweuh” dari yang mereka bayangkan.

Semoga tahun depan, sistem penerimaan siswa baru bisa lebih baik lagi. Sebab mau dibawa kemana para orang tua murid jika mulai dari kurikulum yang selalu berubah-ubah, RSBI yang mengundang orang tua melalukan suap, sampai proses pendaftaran yang  berubah pula, kemudian rencana perubahan sistem ujian yang di ubah pula di tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline