Lihat ke Halaman Asli

Yuli Kaniasari

Ordinary woman

'SIXTH SENSE' ANUGERAH ATAU MUSIBAH?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sering kita mendengar, melihat, bahkan mungkin kita sendiri yang mengalami bahwa dalam diri kita memiliki indera ke enam. Indera ke enam? Sebagian orang percaya bahwa ‘Indera ke Enam’ adalah anugerah yang telah diberikan Tuhan. Biasanya indera ke enam itu bisa terlihat dari mulai kita masih anak-anak, meski tanda-tanda itu tidak selalu harus melihat hal-hal gaib, atau melihat hal hal yang menakutkan. Indera ke enam atau sixth sense bisa berupa peka nya perasaan terhadap sesuatu yang sudah terjadi yang dialami orang lain, ataupun yang belum terjadi dan cenderung akan terjadi.

Sixth sense bisa juga peka terhadap mimpi, tapi kebanyakan jarang menyadari dan menganggap mimpi itu hanya bunga tidur. Jika kita telaah lebih dalam, selalu ada arti dibalik tabir mimpi, walaupun pada dasarnya tidak semua mimpi bisa diartikan, dan tidak semua orang memiliki kepekaan melalui mimpi. Hal ini bisa kita lihat ketika negeri yang didiami Nabi Yusuf a.s dilanda kekeringan yang sebelumnya ditafsirkan melalui mimpi.

Selain itu indera ke enam bisa juga hanya peka terhadap bahasa tubuh dan lebih cenderung dapat membaca pikiran atau hati orang yang sedang ada dihadapannya. Membaca melalui gerak bibir, mata, cara berjalan, cara berfikir. Dalam ilmu Psikologi hal seperti ini sering disebut ‘Biopsikologi atau Psikobiologi. Sixth sense yang seperti ini bisa datang dengan sendirinya, tetapi juga bisa dipelajari. Semakin sering kita berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai tingkah laku dan karakter, semakin mudah kita mengembangkan naluri kepekaan kita terhadap karakter seseorang.

Biasanya sixth sense ada pada diri kita karena datang dengan sendirinya,  faktor keturunan, ada juga yang memang dengan sengaja mempelajari. Indera ke enam yang datang secara alami cenderung menggunakan mata hati dan fikirannya, melalui telepati melihat hal-hal yang  tidak nampak dihadapan kita. Melihat dengan menggunakan indera ke enam sama seperti kita melihat kejadian kehidupan dalam dunia nyata, hanya dengan wujud yang berbeda.

Jadi jika kita bijaksana memanfaatkan ‘kelebihan kita’ untuk tujuan baik, tidak digunakan untuk hal-hal negatif, indera ke enam atau sixth sense bukanlah musibah yang harus dihilangkan, tetapi sebagai kelebihan yang patut disyukuri sebagai sarana kita untuk lebih waspada dan mengetahui bahwa di dunia ini kita tidak sendiri, ada yang lain yang juga hidup berdampingan dengan kita. Bukankah dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa sebelum manusia Allah telah menciptakan makhluk lain.

Memiliki indera ke enam bukan sesuatu yang harus disesali ataupun di banggakan. Karena Allah tidak semata-mata memberikan kelebihan kepada kita jika tidak ada tujuannya. Jika kita memang memiliki indera ke enam atau sixth sense,  mengartikannya tidak lebih dari anugerah kita untuk bisa membawa kebaikan kepada orang-orang  disekeliling kita, membawa manfaat dan menjadikan orang-orang yang berinteraksi dengan kita untuk mengagumi  kebesaran Allah, meyakini bahwa tiada hal yang mustahil bagi Allah. (Yukawira)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline