Lihat ke Halaman Asli

Analisa Korelasi Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Diperbarui: 2 Oktober 2018   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabel 1. (Data Tahun 1980. Sumber: World Bank)

Terpilihnya Presiden Joko Widodo di tahun 2014 silam menandakan dimulainya era pembangunan ekonomi yang terkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur. Premis yang digunakan untuk mendukung pembangunan tersebut adalah pembangunan infrastruktur akan meningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, juga memberikan "multiplier effect" pada perekonomian secara kesuluruhan; Tersedianya lapangan kerja meningkatkan pendapatan per-kapita negara yang menghasilkan tambahan pendapatan pajak pemerintah. Pertambahan pendapatan pajak tersebut, sebagai gantinya, akan digunakan untuk membayar hutang luar negeri yang diambil pemerintah hari ini. Disamping itu, dengan banyaknya proyek infrastruktur, bisnis-bisnis lokal akan mengambil kesempatan dengan menjual jasa dan barang pokok guna menunjang pembangunan di daerah tersebut. Konsep ini adalah konsep dasar dari Keysian Economics yang mengedepankan kontribusi pemerintah sebagai penunjang ekonomi yang sehat.

Tetapi disamping banyaknya pembangunan hari ini, perlu dipertanyakan apakah proyek infrastruktur akan menghasilkan efek yang diinginkan. Perlu juga dipertanyakan apakah multiplier effect yang dijanjikan Keynes berlaku pada perekonomian Indonesia di masa mendatang. Untuk itu, kita perlu melihat dan menganalisa data dari banyak negara lain yang telah menempuh jalur yang sama; Keysian Economics.

Perbandingan Data

Mari kita bandingkan dua negara. Negara A dan Negara B.

Tabel 1. (Data Tahun 1980. Sumber: World Bank)

Kita bisa lihat dari Tabel 1 bahwa Negara B memiliki keuntungan sistematik secara infrastruktur dibanding Negara A; Negara B memiliki lebih banyak unit telefon dibanding Negara A. Jika saya bertanya kepada anda: Negara mana yang mampu berkembang lebih pesat? Kebanyakan dari anda akan menjawab Negara B.

Pada kenyataannya, Negara B adalah Uni Soviet, dan Negara A adalah Tiongkok. Uni Soviet pada tahun 1989 mencatatkan kemajuan fantastis dalam jumlah unit telefon-nya. Jika kita interpretasikan pada keadaan hari ini, Uni Soviet memiliki jalur komunikasi yang lebih luas dibandingkan Tiongkok.

Tetapi, Uni Soviet bubar pada tahun 1991; 2 tahun setelah mencatatkan statistik yang impresif pada infrastrukturnya. Sementara Tiongkok, dengan infrastruktur yang lebih rendah dalam nominalnya, mencatatkan pertumbuhan ekonomi dua-digit selama 20 tahun terakhir.

Mari kita lihat perbandingan lainnya:

Tabel 2. (Data Tahun 1980. Sumber: World Bank)

Tabel 2. (Data Tahun 1980. Sumber: World Bank)

Kita bisa lihat pada tabel 2 bahwa Negara A memiliki keuntungan sistematis secara infrastruktur dibanding Negara B. Tentu dengan jalur kereta api yang lebih luas, transportasi barang akan lebih mudah, dan pada akhirnya menurunkan biaya banyak kebutuhan secara aggregat. Sekali lagi saya bertanya: Negara mana yang mampu berkembang lebih pesat?

Kenyataannya, Negara A adalah India, dan Negara B adalah Tiongkok. India dengan jumlah wilayah yang lebih kecil dibanding Tiongkok, memiliki jumlah jalur kereta yang lebih panjang. Jika kita bandingkan performa ekonomi kedua negara hari ini, jelas Tiongkok berada diatas India berkenaan dengan GDP dan pertumbuhan ekonominya.

Analisa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline