Lihat ke Halaman Asli

5 Jam di Guangzhou: Perjuangan Mencari Mesjid Huai Sheng

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13555819101025599704

Ini untuk kedua kalinya saya transit di Baiyun Internasional Airport, Guangzhou. Pertama, saya terjebak 5 jam, dalam artian punya waktu 3 jam untuk hunting-hunting kehidupan dunia luar. Namun mengingat waktu yang sangat terbatas dan tidak punya gambaran sama sekali dengan kehidupan dunia luar sana, akhirnya saya menjelajahi setiap lantai di airport bersama teman senasib sepenanggungan dari Brunei dan Malaysia. Untungnya disini ada warung  Niúròu miàn (牛肉面/ beef noodle) HALAL yang siap menemani penantian anda :). Hari Jumat kemarin, 14 Desember 2012, untuk keduakalinya saya terjebak di Guangzhou, kali ini 7 jam! Tidak mungkin saya keliling airport lagi, yang setiap sudutnya saya masih hafal >_<". Akhirnya saya putuskan, saya harus keluar! Setiap jalan keluar negeri, tujuan utama saya selalu mesjid, nah waktu ke Kunming (tujuan utama saya yang membuat saya terjebak di Guangzhou), saya belum sempat ke mesjid. Padahal jaraknya sangat dekat sekali dari hotel tempat saya menginap. Tapi jadwal yang sangat padat waktu itu, membuat saya tidak bisa berkutik untuk keluar dari hotel. Maka diputuskan.... saya harus ke Mesjid di Guangzhou! Ada empat mesjid di Guangzhou, lengkapnya cek di sini, dan pilihan saya jatuh ke Mesjid Huaisheng. Alasannya sederhana saja: 1) Merupakan mesjid tertua di Guangzhou; 2) Paling mudah di capai dengan menggunakan MRT; 3) Paling dekat dengan bandara. Ya... alasan yang sangat realistis, walau saya masih ragu-ragu untuk pergi. Entahlah... saya merasa orang-orang Cina yang saya temui galak-galak dan judes-judes. Saya khawatir saja, kalau nanti tersesat bagaimana? Karena selama di Taiwan, kalau bahasa Cina saya sulit dipahami, mereka masih mencoba untuk mengerti. Tapi di Cina.... ketika bahasa Cina saya beribet, mereka memutuskan untuk cuek dan ngeloyor pergi. Nah loh? Antara iya dan tidak, akhirnya saya beranikan diri, menukarkan beberapa lembar yuan dan berlalu ke lantai ground, menutu stasiun MRT! Mengikuti petunjuk dari web saya saya dapatkan, saya berhenti di Ximenkou exit satu. Cukup mudah, karena cukup satu kali transit di Tiyu xilu (12 pemberhentian) dan lanjut ke line 1 (3 pemberhentian) tujuan akhir Xiliang.  Nah... dipetunjuk disarankan untuk keluar dari exit B1, masalahnya... tidak ada exit B1, B2 atau B3, hanya ada exit B saja. Hehehe. Selanjutnya? Petunjuk di blog menyarankan untuk berjelan 500 meter, tapi tidak diberitahukan ke arah mana. Untunglah tiba-tiba saja seorang bapak berkopiah lewat, tanpa ragu saya ikuti saja :) (bw ke arah kanan dari stasiun ya ^^). Tapi lama-lama kehilangan arah juga, karena saya sibuk jelalatan lihat baju-baju yang diskonnya gila-gilaan!! Hehehe... Untungnya ada lagi seorang wanita muda berjilbab berjalan di depan saya, maka saya putuskan, ikuti saja jalan lurus ini, hehehe... Tapi... si mbaknya malah masuk toko >_<". AKhirnya saya putuskan, saya akan berjalan sejauh 500 meter, jika tidak bertemu jalan Guang Ta dimana lokasi mesjid itu berada, saya mau shopping aja #eh :P.

Di ambang rasa putus asa saya, ketika saya memutuskan untuk belik saja, eeeh.... ketemu juga jalan Guang Ta tersebut! Tidak tunggu lama, segera saya cari, dimana kira-kira mesjid berada, maklum waktu saya terbatas hanya 5 jam saja. Satu jam telah terpakai untuk perjalanan dari Airport ke stasiun Ximenkou dan ini juga hampir satu jam jalan mencari mesjid. Clingak-clinguk... tidak ada tanda-tanda mesjid sama sekali. Lebih dua kali saya kitari jalan Guang Ta dan memperhatikan nomornya satu persatu, nihil. Tepat di nomor 56, yang ada malah pasar Y_Y. Akhirnya saya beranikan diri bertanya ke seorang ibu-ibu yang menjual majalah di pinggir jalan. Si ibunya juteeeek dan dingin banget, beliau cuma jawab " Nà biān (sebelah sana)", udah gitu aja. Fufufufu... Tapi saya tidak ingin menyerah.... karena saya sudah sampai ke alamat yang ditunjukkan, saya percaya, tinggal sedikiiiiiit lagi! Sedikit memberanikan diri, saya masuk ke perumahan rakyat di belakang pasar dan menanyai seorang ibu muda. Untungnya nama mesjidnya saya tulis dengan karakter China. "Huái jiào" "Lǐbài de Dìfāng" "Mùsīlín" Semua perbendaharaan kata-kata yang terbatas saya keluarkan. Hingga suaminya berkomentar... "Ho... itu... yang di seberang Plaza Guangzhou". Sang Istri pun mencoba menjelaskan, saya cuma cengengesan. "Ya sudah, saya antarkan saja." Ujar si Ibu Muda, huaaaaaaaaa ternyata masih ada orang baik di Cina *ya iyalah*. "Zhei ge difang mei you hen duo ren zhi dao" (tempat ini tidak banyak orang yang tahu), lebih kurang demikian yang dipaparkan si Ibu. Satu hal yang membuat saya paling bahagia.... lokasi mesjid ini dekat dengan Beijing Lu! Buat orang yang mengunjungi Guangzhou, pasti selalu mampir ke Beijing Lu untuk membeli oleh-oleh. Sederetan benda sudah mampir ke list memori saya untuk dibeli sekembalinya dari mesjid *dasar*.

13555817801029766739

Si Ibu mengantar saya sampai di sebrang mesjid, bodohnya saya, saya tidak sempat bertanya siapa namanya. Untung masih sempat bilang terima kasih :) Di depan masjid sudah ramai orang-orang berkopiah. Saya lupa bahwa kunjungan saya itu hari Jumat dan saya sampai tepat saat shalat jumat akan di mulai! Beruntungnya saya. :) Banyak sekali muslim berkumpul hari itu, bahkan sampai meluber jauh keluar mesjid. Sayang tidak bisa ambil foto, karena lokasi shalat perempuan di lantai dua dan tidak bisa ngintip ke tempat shalat pria #eh :P Komposisi Muslim di Cina hampir sama saja dengan di Taiwan, diramaikan oleh orang-orang dari Timur Tengah dan Afrika. Kalau di Taiwan orang Indonesia mendominasi, disini bisa dibilang hampir tidak ada. Rencana awal hanya ingin ngintip saja, eh malah mengikuti shalat Jumat sampai selesai. Imam Mesjidnya keren! Bisa tiga bahasa (Cina, Inggris dan Arab), jadi materi ceramah disampaikan dengan tiga bahasa tersebut. Tapi suasana mesjid di sini tidak sehangat di Taiwan, di Taiwan bakda jumat hampir selalu ada makan siang, sehingga para jamaah punya kesempatan untuk beramah-tamah. Namun di sini, usai shalat sudah... pulang :) Sayangnya waktu saya sangat terbatas, waktu menunjukkan pukul 13.45, dan saya harus sudah ada di bandara maksimal jam 15.15! Tanpa sempat mengenal dan memperkenalkan diri saya segera cabut. Barang-barang di Beijing Lu tampak memanggil-manggil... Bolero... sepatu boot... jaket musim dingin.... yang lagi diskon 70-90% melambai-lambai di ujung sana. Sambil jalan saya mampir ke salah satu toko yang menjual produk Polo. Sweater yang sempat saya cek di Jakarta harganya 700 rb-an di jual seharga 39 yuan saja! (sekitar 60rb). Saya sempat memilih-milih beberapa baju *jiah* tapi nggak jadi beli.... Paling nggak suka kalau harus membeli dalam kondisi terdesak seperti itu :P *nyeseldah!!*

1355582042567482529

Dan... dalam perjalanan pulang ini saya cukup nekad untuk menempuh jalan yang berbeda :) Tidak perlu berjalan sejauh 500 meter, saya menemukan stasiun metro yang lebih dekat dari mesjid daaaan lebih dekat ke bandara, yakni stasiun Qongyuangqian. Arus balik  memang agak sedikit membingungkan, namun bagi yang pernah tersesat di Taipei Main Station saya rasa bisa menghandle permasalahan ini :P

13555818201307814031

Alhamdulillah.... bisa juga mampir ke rumah Allah di Guangzhou ini :) *biaya metro dari airport ke ximenkou hanya 7 yuan saja (satu dolar lebih dikit)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline