Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Blood Moon

Diperbarui: 26 Februari 2020   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ibuu, aku takuuutt...!"

"Ssshh... tidak apa-apa, Nak."

"Aku mau keluar, Buu...!"

"Bulan sangat dekat, Anakku. Dan ia sedang merah. Jadi, tetaplah di dalam sana."

"Tapi kenapa, Bu? Kenapaa?"

 Dan aku tak ingat apa jawaban ibu selanjutnya, karena aku selalu merasa amat sangat marah pada ibu saat hal itu terjadi. 

Aku tak tahu mengapa setiap kali bulan sedang purnama, terlebih saat ia membesar dan berwarna merah, ibu selalu tampak ketakutan dan menyuruhku bersembunyi di dalam kamar, mematikan lampu, menutup semua tirai jendela, lalu mengunci pintunya. Disaat semua teman-teman sebayaku di desa asyik bermain di luar bermandikan cahaya bulan, aku justru harus terkurung sendiri di dalam kamar.  

Aku hanya bisa berteriak, menjerit dan memukul-mukul apa saja yang ada di sekelilingku. Meluapkan emosi sejadi-jadinya sampai tak sadarkan diri. Dan saat pagi menjelang, barulah aku tersadar dan diperbolehkan untuk keluar dari kamar.

Setelah aku dewasa lalu pindah ke kota dan banyak membaca, baik itu untuk keperluan mencari bahan tulisan atau sekadar memenuhi keingintahuanku tentang berbagai hal, aku tahu bahwa blood moon atau supermoon adalah fenomena alam yang siklusnya hanya terjadi beberapa tahun sekali dimana posisi bulan berada pada titik terdekatnya dengan bumi. 

Warna merah yang terlihat pada permukaannya adalah akibat atmosfer bumi yang hanya dapat menyerap gelombang warna biru dari pantulan cahaya matahari, lalu sisa warna cahaya yang lolos akan dibiaskan dan dipantulkan ke permukaan bulan. Maka menjadikan permukaan bulan berwarna jingga terang atau kemerahan.

 Dan sama halnya dengan teori bahwa bulan dapat mempengaruhi pasang surutnya air laut, begitu  juga dengan tubuh manusia yang sekitar tujuh puluh persennya terdiri dari cairan. Fenomena blood moon memang sangat berpengaruh terhadap emosi dan perilaku manusia, dan juga mungkin makhluk hidup lainnya, meskipun banyak yang tak menyadarinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline