Lihat ke Halaman Asli

Yugata Suciani

Freelancer

Melupakan-Nya

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa rasanya ketika kita merasa “kehilangan”??

Terkadang kehilangan seseorang yang kita sayangi kok rasanya ngga ikhlas ya untuk menerima kepergiannya. Apakah kehilangan sesuatu yang kita sayangi bisa membuat kita jadi gila??? (* seperti curhatan teman saya ketika dia ditinggal pergi kekasihnya). Harusnya kita menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini pasti akan pergi, karena semuanya hanya titipan Tuhan.

Hilangnya rasa ber-Tuhan, hilangnya rasa cinta dan takut kepada Tuhan-lah yang seharusnya bisa membuat kita “gila”. Tuhan adalah segala-galanya. Tuhan itu pelindung, pendidik, pemberi hidayah, pemberi rizki (dsb) dan kawan setia kita. Kecintaan kita terhadap manusia lain janganlah melebihi kecintaan kita kepada Tuhan.

Mengapa kita diharuskan cinta kepada Tuhan padahal Tuhan itu Maha Sempurna? Apakah untuk meninggikan derajat-Nya? Tuhan sudah sempurna. Ke-Mahasempurnaan Tuhan itu kekal dan azali. Tidak berkurang dan tidak bertambah. Cinta kita bukan untuk meninggikan derajat-Nya. Kalaupun kita tidak mencintai-Nya, tidak menyembah-Nya atau bahkan kita mencaci maki-Nya, Tuhan tidak akan cacat dan tidak akan jadi buruk. Lain hal dengan manusia, manusia bila dihina, dicaci dan dimaki, maka dia jadi cacat dan buruk.

Dengan kita mencintai-Nya, dari situlah datang rahmat Tuhan. Karena manusia yang cinta kepada Tuhan, secara otomatis akan datang cinta kita kepada makhluk Tuhan khususnya sesama manusia.

“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Ali Imron : 31].

Sungguh bahagianya jika kita berhasil meraih dan menggapai cinta Allah SWT. Tapi terkadang kita selalu lupa untuk mengingat-Nya. Ingatlah bahwa tanpa-Nya kita bukanlah apa-apa, bukan siapa-siapa, sebab Allah senantiasa ada di samping kita, Dia hanya menunggu kita untuk meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu, janganlah kita melupakan diri-Nya.

“Ketika mereka melupakan apa-apa yang Kami peringatkan kepada mereka, justru Kami bukakan pintu segala kesempatan buat mereka, Maka kemudian ketika mereka merasa senang, merasa gembira, dengan keberhasilan, dengan kesuksesan mereka, tiba-tiba Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, jadilah mereka terdiam berputus asa.” [Al-An'am: 44].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline