Rizal De Loesie
Aku menanam benih itu bertahun lalu,
di rahim waktu yang tak terucap,
menitipkanmu pada tangan takdir,
yang lebih lembut dari sekadar genggaman ayah
Kau tumbuh, melawan musim,
kadang patah di tiupan angin,
kadang luruh saat panas mencambukmu,
namun kau tetap bertahan,
meski langkahmu tertatih merangkai hari