Lihat ke Halaman Asli

Rizal De Loesie

Seorang Lelaki Penyuka Senja

Semesta Jiwa

Diperbarui: 28 Agustus 2023   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Rizal De Loesie

Berulang kali kugurat kata, namun patah. Susunan huruf luruh menuju batas matahari di telan lautan. Hanya bias cahaya dikerlip laut. Kini hanya keikhlasan melepaskan setampuk cahaya setengah penuh di dadaku yang gamang. Harusnya ku sisihkan mantra dan syair melepaskan segala wujud kepergian agar tak sisakan keperihan.

Malam kini bergayut dipundakku, siur suara-suara membisik mengusik tatapanku yang kosong. Dingin mengajari jemariku meremas dan melepaskan banyak kesah. Bukan tentang kepergian binar cahaya bening matamu yang singgah. Bukan perihal ombak menguak jarak. Aku hanya sebatang lilin yang sempat bercahaya sebelum dipilin angin.

Begitukah tipisnya yang harus kita perjuangkan, bersebab muasal yang tak sama. Masih kita perdebatkan perbedaan, bukan persamaan yang mampu membuat bertahan. Tapi sudahlah, perpisahan adalah muasal jiwaku berbenah, mungkin jua engkau.

Pada tepi malam, pada semburat langit ajari aku selapang-lapangnya. Tuntun aku tuhan dalam balutan doa-doa terakhir nelayan di tengah badai. Karena hidup perihal melapangkan segala semesta, semesta dalam jiwaku.

Bandung, Agustus 2023, 16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline