Masih tersisa sebutir cahaya yang kusimpan dalam relung yang kuanggap kebenaran. Karena dia lahir dari sisa nurani yang lelah mengarungi ribuan ombak badai.
Aku bersaksi atas segala kemunafikan, segala kehancuran yang dibangun di atas keserakahan. Kepada semesta yang tak berdosa. Kepada janji-janji yang dipoles senyuman. Naluri yang terus saja mencari dan mengikis lapis-lapis hati nurani.
Masih ada seberkas cahaya redup, ku jaga agar menjadi lentera yang tak padam-padam. Walau aku tahu pasti, hempasan angin akan terus dalam rayuan panjang. Tetapi Keyakinan ku alas dengan selembar iman untuk merubah cara diriku memandang semesta yang lelah. Kasih sayang yang renggang, cinta yang sia-sia.
Mungkin aku tidak akan mampu, tetapi aku ingin Tuhan tahu aku kembali membenahi bilik hatiku. Mencintai seutuhnya apa yang dititipkan pada diriku semata adalah kebaikan, untuk kutaburkan menjadi cahaya sekujur tubuhku. Membagi cahaya kecil itu kepada semesta dalam rasa, rasa kasih sayang, berbagi dan memaknai sesama.
Bandung, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H