Lihat ke Halaman Asli

Rizal De Loesie

Seorang Lelaki Penyuka Senja

Perpisahan

Diperbarui: 8 Agustus 2019   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Rizal De Loesie

Jangan terlalu cepat airmatamu jatuh, walau desir angin di pantai ini begitu kuat mendera wajah tirusmu. Butiran pasir bagai jelaga menusukkan candunya kemana saja dia suka. Ombak berdebur sesuka, tapi tetaplah menjamu bibir pantai. Seperti kujamu segenap rindu di bibirmu.

Langitlah senantiasa menjaga betapa rasa antara kita, lengan-lengan yang menyatu dan saru rindu tak henti-henti berpacu. Tahukah kau, rindu tak pernah menipu, jika airmata perpisahanlah yang tumpah itu karena aku tak pernah benar-benar ikhlas akan kehilangan.

Takdir tuhan telah digariskan buat jalan kita harus berbagi simpang. Ketika selembar catatan yang harus kita usaikan dalam guratan-guratan takdir. Engkau harus pergi, sementara aku tak bisa datang. Perpisahan adalah jarak yang selalu mendekapkan rindu.

Hari ini ini, di pasir putih kuciumi aromamu dan mendengar desah nafasmu dalam kesemuan.. jauh ditengah samudra sana, kulihat lambai tanganmu yang takkan pernah kugapai. Selamat Jalan Kekasih.....

Bandung, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline