Lihat ke Halaman Asli

Rizal De Loesie

Seorang Lelaki Penyuka Senja

Suar-suar Rindu

Diperbarui: 9 Juni 2019   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

Jangan ada sesal, di dinding batu itu jamur-jamur mengambang bagai pernak yang dipernikkan.

Menghiasi redup rembulan dan awan lindap jatuh ke lorong-lorong yang paling rindu

Atapnya adalah matahari dengan serpih peluh-peluh jiwa yang mengangakan luka-luka kehilir perih air mata,

Sang penyair menyimpan bilur-bilur tanpa cahaya, lebam mengangkat aroma suhu bumi yang paling lirih

Dalam kalimat-kalimat tanpa  tanda tanya, dijawab desir angin yang mengugurkan putik daun.

Ketika tapa sampai di ujung langit diguratnya sebuah syair dengan anyir darah dan airmata

Diksi-diksi telah sampai.

Jemari matahari telah mencuri celah-celah batu hingga mengeringkan tiap jengkal lumut, labirin-labirin yang lindap menjadi keras,

Syair penyair telah cair mengalir jauh tak terengkuh ke samudra

Melayarkan semua kenangnya, membungkus cahaya-cahaya tersisa menjadi suar-suar rindu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline