Dan ternyata....
Aku berlabuh pada secangkir kopi,
Aroma yang mengawangkan kembali seraut senyum di senja yang menahan hujan.
Hangat mencekat rongga dada, riuh ia menyusupkan candu rindu
Yang tak lagi teraduk waktu.
**
Bukan saja hangat dan kepul asapmu.
Harus kuredam kesabaran. Bila kenang menyeruak, tumpah.
Tak ingin kukotori bibir cangkir ini.
Menghapusnya keperihan, membiarkannya..
Adalah derita tak memejamkan malam.
**
Ah.. kadang kala,
Tau nikmat secangkir kopi di meja lusuh. Tanpa tatakan.. sesederhana selembar mimpi terkoyak,
Ditautkan sekepul asap...
Meniup di bara dada, menjadi api
Tak ingin aku padamkan...
Bandung , Akhir Mei'16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H