Lihat ke Halaman Asli

yuesaputri

mengeluh dengan menulis

Hidup di Dunia Maya?

Diperbarui: 23 November 2019   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: xenber.com

Dunia maya atau sering juga disebut ruang siber (cyberspace) dalam kamus Wikipedia, telah ada semenjak teknologi berbasis computer ditemukan di dunia nyata bersatu dengan alat-alat lain yang mempu mengoneksikan beberapa, bahkan ribuan juga jutaan manusia di bumi. Mengapa dunia yang kemudia terbentuk dari penemuan sebuah teknologi ini disebut dengan dunia maya?

Jika mengupas secara harfiah, maya berarti khayalan, tampak ada namun sebenarnya tidak ada, hanya ada dalam angan-angan. Itulah yang akan kita temukan artinya ketika mebuka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lalu jika begitu, apa beda antara dunia maya dan dunia mimpi/imajinasi? Hanya satu yang bisa saya temukan perbedaannya yang mendasar yakni, visualisasi. Dunia maya merupakan dunia yang semu, khayal, namun bisa divisualisasikan dengan barang. Kita bisa berinteraksi di dunia maya dengan adanya visualisasi melaui aplikasi smartphone, PC, dll. Karena itulah, kita bisa hidup di dunia maya dan menjalin interaksi dengan penghuni lain di dunia maya. Namun, berbeda dengan dunia mimpi. Kita tidak bisa melihatnya dengan mata, ia bisa hanya bisa ditembus dengan pikiran yang sedang bekerja agar ia tetap hidup di dalam imajinasi kita. Bahkan orang yang tidak mampu melihat mampu berimajinasi dan hidup di dunia khayalan mereka.

Lalu, bagaimana seseorang bisa dikatakan hidup di dunia maya? Apakah cukup hanya dengan berada di dalamnya saja? Tentu, sebagian dari kalian akan menjawab tidak (sebagai pengguna aktif), dan sebagian mungkin mengiyakan karena merasa cukup dengan hanya memiliki sebuah akun tanpa sering membuka dan mengoperasikannya.

Dalam hemat saya, memaknai kehidupan di dunia maya sama dengan kehidupan di dunia nyata, hidup tidak sekedar hidup. Tidak cukup dengan sekedar ada tanpa melakukan apa-apa. Ia menuntut sebuah kerja maupun hubungan timbal balik yang akan menghasilkan sesuatu. Cogito Ergo Sum ala  Rene Descartes mungkin bisa dijabarkan lebih dalam konteks dunia maya.

Jika dulu, saat manusia belum mau berpikir di zamannya, maka ungkapan "dengan berpikir maka aku ada" relevan dengan keadaan itu. Namun jika sekarang manusia sudah gila berpikir, entah berpikir dengan model seperti apapun itu, maka ungkapan tersebut perlu diperluas dengan misalnya, yang sudah nge-tren belakangan ini yang sering dipopulerkan para pegiat literasi maupun pekerja lain "dengan berkarya aku ada", "dengan bekerja aku ada". Namun, sepertinya penjabaran itu sudah klise jika saya ulang-ulang lagi. Mengingat sudag sering didengar dan dibaca oleh teman-teman. Meskipun di dalamnya sarat akan makna. 

Kembali lagi pada dunia maya, hidup di dunia maya jika menggunakan Cogito Ergo Sum, barangkali saya bisa menarik sebuah kalimat yang lebih kontekstual dengannya yakni "dengan berinteraksi, maka aku ada". Tentu saja, teman-teman juga boleh memberi maupun menambahi sesuai opini masing-masing hehe. Mengapa interaksi saya katakana sebagai sumber kehidupan dunia maya? Nyatanya, di dunia nyatapun kita tidak bisa lepas dengan interaksi. Baik terhadap, manusia, maupun makhluk lain. Dengan berinteraksi, maka kita mampu mencukupi berbagai macam kehidupan kita. Sama halnya di dunia maya, interaksi juga saya katakan sebagai kunci kehidupan.

Di dalam interaksi terdapat daya pikir, daya kerja, yang bahkan nantinya juga akan menghasilkan kerja-kerja yang lain. Seperti yang marak akhir-akhir ini, banyak penghuni dunia maya yang sudah memiliki pengikut menjadikan akunnya sebagai lading pekerjaan. Melalui jual-beli, iklan (endorsement), bahkan jual-beli pengikut. Tentu saja kuncinya adalah interaksi.

Interaksi dengan pemilik produk, pembeli, bahkan haters. Di luar itu, pengguna yang tidak atau belum memiliki banyak pengikut juga melakukan interaksi dengan pengguna lain via postingan yang mampu memperngaruhi pengguna lain seperti menambah pengetahuan, menambah teman, menambah motivasi, dan lain-lain.  Apapun interaksi yang dilakukan pengguna, tidak menjadi masalah selama ia berada dalam kode etik dan tidak menyinggung pengguna lain.

Jika di dunia nyata kita mampu berpikir berkali-kali untuk menebar berita maupun ujaran yang buruk, maka di dunia maya pun tidak berbeda. Perlu menggunakan norma yang kita anut di dunia nyata supaya kita menjadi manusia yang hidup dengan baik di dunia maya. Salam enjoy, stay to be positive dimanapun kita berada ! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline